Di tengah wabah Covid-19 yang melanda dunia saat ini, masyarakat dianjurkan untuk mengosumsi makanan yang dapat meningkatkan imun tubuh. Salah satunya ikan.
Ikan memiliki kandungan yang berpotensi untuk mencegah infeksi dari bakteri, jamur dan virus. Nutrisi pada ikan tersebut pernah ditulis dalam sebuah artikel berjudul Potential Interventions for Novel Coronavirus in China: A Systematic Review. Artikel tersebut tertulis, potensi nutrisi makro dan mikro nutrien seperti vitamin A, B, C, D, E, asam lemak omega 3, dan mineral seperti salinium, zat besi, dan zinc berperan dalam penanganan infeksi virus secara umum
Muhamad Nur Ghoyatul Amin, M.Sc., Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Unair mengatakan, dari daftar nutrisi tersebut, ikan sangat berpotensi dijadikan metode pencegahan untuk mengurangi resiko dari infeksi virus. Tak hanya ikan bersirip seperti ikan bandeng, tuna, dory, nila, patin, lele; biota akuatik lainnya seperti udang, timun laut, cumi-cumi, gurita, dan rumput laut termasuk dalam kategori ikan.
Contoh ikan yang mengandung asam lemak omega 3 dan omega 6 adalah ikan tuna, mackerel, patin, dan salmon. “Contoh ikan lainnya adalah ikan selar, bawal, kurisi, ikan bilis, ikan buntal, ikan boso, ikan peperek, ikan layur, dan ikan kerong yang dapat ditemukan di laut Jawa,” tambah peneliti di bidang food chemistry ini, seperti yang dirilis di laman Unair.
Menurut Ghoyatul, vitamin D banyak terdapat di dalam ikan-ikan laut. Namun dilihat dari contoh molusca, seperti kerang, cumi-cumi, juga memiliki vitamin A dan vitamin B kompleks yang tinggi; vitamin D dan E sangat rendah. Termasuk di di udang juga mencakup vitamin tersebut.
Ikan-ikan tersebut dapat diolah dengan cara digoreng, dikukus dan dipanggang. Namun menurut Ghoyatul, dari ketiga proses tersebut, nutrisi dalam ikan lebih tahan jika ikan dikukus atau disteam.
“Yang paling banyak mengurangi nutrisi itu sebenarnya adalah penggorengan,” ujarnya.
Ghoyatul menyebutkan, negara-negara di Asia pada umumnya lebih suka produk perikanan yang digoreng karena rasanya yang gurih. Hal itu disebabkan adanya kombinasi antara protein dan asam lemak pada ikan ditambah dengan reaksi-reaksi kimia dalam penggorengan.
Ghoyatul mengingatkan kepada konsumen untuk cerdas memilih kualitas ikan. Jangan sampai ikan-ikan diambil dari lingkungan yang berasal dari daerah yang mengandung polusi tinggi seperti logam berat dan bakteri merugikan.[]