Turism Webinar “Kepariwisataan Kini dan Nanti” yang digelar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR YAPARI Bandung).
BANDUNG, KabarKampus – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR YAPARI Bandung) menyelenggarakan Tourism Webinar dengan Tema : “Kepariwisataan Kini dan Nanti” melalui aplikasi Zoom. Pemateri dalam webinar ini adalah Prof. Dr. H. Enok Maryani, M.S (Guru besar bidang Geografi Pariwisata) materi “Kebencanaan dalam pariwisata“, H. Herman Muchtar, S.E., M.M. (Ketua PHRI/GIPI Jawa Barat) materi “Recovery Pariwisata Pasca Bencana“, dan Budianto Ardiansjah (Ketua DPD ASITA Jawa barat) materi “Travel Agent Pasca Pandemic“.
Acara webinar ini terbuka untuk umum dan diikuti 256 peserta yang berasal dari berbagai daerah dan instansi. Diselenggarakan pada hari Selasa, 12 Mei 2020 dari Pukul 09:00 – 11.00 dengan moderator Titing Kartika, S.Pd.,M.M.Par., MBA.Tourism (Ketua LPPM STIEPAR YAPARI).
Webinar ini diselenggarakan sebagai upaya kampus STIEPAR YAPARI dalam merespon situasi Pandemic yang berlangsung. Selain itu mencoba menyampaikan manfaat dari materi para narasumber, agar masyarakat khususnya terkait kepariwisataan memiliki gambaran berbagai peluang untuk menyikapi kondisi ini.
Menurut Prof. Dr. Enok Maryani, M.S, sebelum adanya pandemic destinasi pariwisata tidak lepas dari ancaman bencana, maka harus adanya kesiapsiagaan dengan memahami kondisi destinasi wisata tersebut. Namun, situasi saat ini berbeda, selain khawatir akan kesehatan karena penyebaran virus ini sangat cepat.
H. Herman Muchtar, S.E., M.M, menuturkan pariwisata sudah terkapar saat ini, namun juga harus dipikirkan untuk ke depannya mau seperti apa karena pandemic ini tidak tau kapan akan berkahir. Dengan demikian tahapan recovery adalah bagian penting setelah pandemic ini yang melumpuhkan pariwisata.
Sementara itu dikatakan Budianto Ardiansjah, pandemic merubah segalanya secara cepat. Dampaknya sangat dirasa karena selain kehilangan costumer, juga harus berhenti beroperasi karena larangan PSBB ini.
Setelah pandemic ini, lanjutnya, pemulihan domestik lebih cepat dari yang lainnya. Karena wisatawan domestik adalah wisatawan di menit terakhir, peraturan di Indonesia karena merasa lebih aman di kota sendiri.
“Antara Halu dan optimis menjadi realistis sementara waktu dan tidak akan pernah menjadi sama, dan kita tetap berdoa agar semua dapat kembali normal,” ungkapnya.
Pariwisata dapat bangkit ke depan degan terus bergandengan tangan dengan semua stakeholder untuk membangun pariwisata Indonesia yang lebih baik. Tentu dengan mengetahui siapa dan dapat melakukan apa.
Selain mendapatkan materi yang menarik serta bermanfaat, para peserta juga diberi e-sertifikat yang akan dikirim melalui email yang sudah terdaftar.(ADV)