More

    Revitalisasi Pendidikan Untuk Kemajuan bangsa

    Muhammad Zeinny H.S

    Ketua BEM KEMA FPEB 201 & Koordinator Isu Ekonomi Makro FMPEB Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam UPI Bandung 2016

    Bp. Soerjoadipoetro tengah mengajar di Taman Siswa Bandung. Foto koleksi KITLV.

    Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak nya pulau dan keanekaragaman budaya dan ciri khas yang sudah menjadi identik Indonesia itu sendiri. Tidak hanya hayati, budaya serta struktur sosial juga tidak luput dari para pemerhati. Hal ini dikarenakan dipacu oleh letak demografis dan geografis yang menjadikan negara Indonesia adalah negara kepulauan, dari hal ini pastinya di negara Indonesia akan muncul kekurangan dan kelebihan. Dan juga keterbatasan  dalam pengelolaan negara membuat kelebihan yang dimiliki oleh negeri ini tertutupi oleh kekurangan. Namun, hal ini tidak akan lagi tidak akan menjadi halangan lagi, apabila elemen-elemen masyarakat yang ada di negeri ini mau untuk sama-sama berbenah demi terciptanya kemajuan Indonesia. Dan salah satu yang harus dibenahi di Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

    - Advertisement -

    Pemerataan Kesempatan Pendidikan

    Indonesia harus bekerja keras dalam mewujudkan pendidikan untuk kemajuan bangsa. Hasil Survei Sosial Nasional (Susenas) 2019 menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan gender dan ketimpangan antarwilayah dalam hal pelayanan dan pencapaian pendidikan di Indonesia. Lama tahun sekolah rata-rata lebih pendek hampir tiga tahun untuk perempuan (7,5 tahun) daripada untuk laki-laki (8,3 tahun).

    Ketimpangan pendidikan sangat nyata antarprovinsi. Jumlah org yg tidak bersekolah di provinsi papua ( 28,61%) dibanding provinsi seperti DKI jakarta ( 4,57% ), ketimpangan itu pun terjadi bukan hanya di data yg tidak bersekolah, perihal data masyarakat indonesia di setiap provinsi yg mampu berskolah hingga jenjang pendidikan Sarjana antar provinsi menunjukan ketimpangan yg cukup mencolok, misalkan, antar Provinsi D.I Yogyakarta ( 6,74% ) dengan Provinsi seperti Bangka Belitung (1,19 %). Data tersebut menunjukan bahwa pemerataan kesempatan pendidikan di republik ini sangat terlihat apalagi angka kesempatan pendidikan akumulatif nasional untuk indonesia masih tersesat di angka (2,66%) untuk yg bisa kesempatan menuju Diploma atau Strata Satu.

    Peningkatan Mutu Pendidikan Dan IPTEK

    Indonesia juga tertinggal dalam akses terhadap pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat penting dalam era informasi, komunikasi dan teknologi. Pada tahun 2019 di Indonesia terdapat sebanyak (1,2%) sarjana teknik per satu juta penduduk. Sementara itu, Korea sudah mempunyai jumlah sarjana teknik yg cukup banyak bahkan sebagian dari mereka sudah bisa di ekspor terkait penggunaan jasanya. Tidak heran kalau negara-negara seperti korea sangat maju dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan penyumbang penting dalam kemajuan bangsanya.

    Di sisi lain, sebenarnya kita sangat kekurangan jumlah sarjana teknik (engineering). Kita kekurangan sekitar 120 ribu insinyur padahal ada ribuan KM jalan raya dan ribuan megawatt listrik yang akan dibangun. Studi World Bank menunjukkan jumlah lulusan engineering sebuah negara berbanding lurus dengan kemajuan bangsa itu. Secara persentase, lulusan sarjana teknik di Jepang, Korea, Taiwan dan China sangat tinggi. Tak heran mereka jadi negara maju.

    Julian Lincoln Simon (1981, 1996) berargumen bahwa sumber daya utama sebuah bangsa bukanlah sumber daya alam, tetapi sumber daya manusia. Penduduk Indonesia akan menjadi sumber daya utama dalam pembangunan bila diinvestasi dengan sebaik-baiknya melalui, terutama melalui investasi pendidikan. Pendidikan akan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia penduduk Indonesia untuk membuat terobosan pembangunan dan beradaptasi.

    Peningkatan Kualitas dan Fasilitas Pendidikan

    Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang masih mempunyai masalah dalam dunia pendidikan. Di mana kualitas pendidikan di Indonesia masih kalah dengan negara-negara lain. Hal itu dapat dilihat dari laporan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang diterbitkan pada Selasa (3/12/2019)lalu. Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, skor Indonesia tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara.

    Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum yakni, pertama efektifitas, efisiensi, dan standaritas pengajaran pendidikan. Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Menurut hasil survey beberapa pakar pendidikan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

    Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang harus dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk didaerah terbelakang. Namun, bagi penduduk terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja.

    Maka dari itu, perlu pentingnya kita sebagai warga negara sudah sepatuhnya memiliki tanggung jawab atas problematika ini terkait dengan peningkatan dan pemerataan yg ada perlu adanya kolaborasi aktif dan positif antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan dengan kita selaku masyarakat atau pemuda kedepan yg memiliki tanggung jawab sosial, moral, ataupun moril untuk menyelasaikan dan Memperbaiki permasalahan pendidikan di negeri ini.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here