4. Mineral Oker sebagai Pigmen Warna Primordial Sejak Masa Purbakala
Pigmen adalah zat pewarna utama yang dicampurkan ke sejenis medium untuk menghasilkan cat, tinta, atau kosmetik. Pigmen yang berasal dari mineral perlu dihancurkan dan digerus hingga sangat halus sebelum dicampur ke dalam suatu medium tersebut. Medium untuk membuat cat itu dapat berupa isi telur, madu, damar, minyak biji rami, getah, air, lemak hewan, atau akrilik.
Berdasarkan catatan arkeologi, kemampuan kognitif manusia mulai berkembang sekitar 200.0000–300.000 tahun yang lalu. Hal tersebut seiring dengan banyak sekali penemuan peninggalan pra sejarah yang mengandung jejak oker sebagai mineral pigmen berwarna merah hingga kekuningan ini. Bahkan oker sudah dimanfaatkan oleh subspesies-subspesies manusia purbakala sebelum Homo sapiens. Oker telah dimanfaatkan sebagai media kreatif untuk mewarnai tubuh, lukisan di dinding gua, tabir surya, simbol religius penanda darah kehidupan, ornamen-ornamen di pemakaman, dan bahkan dari sisi medis memiliki sifat antiseptik serta penghenti luka. Pigmen yang berasal dari mineral oksida besi ini telah menjadi media kreasi primordial bagi manusia purbakala yang telah mulai menyebar bermigrasi ke pelosok–pelosok dunia. Hal tersebut bahkan membuat seorang antropologis Dr. Riaan Rifkin berpendapat tentang pigmen oksida besi bahwa, “ … memainkan peran penting bagi manusia untuk mempunyai kemampuan mengubah seleksi alam dalam lingkungan ekologis-budaya mereka. Hal ini secara efektif membuat manusia modern awal mampu bertindak sebagai ko-direktur dari proses evolusi mereka sendiri.”
Komposisi bumi terdiri dari besi (32.1%), oksigen (30.1%), silikon (15.1%), magnesium (13.9%), sulfur (2.9%), nikel (1.8%), kalsium (1.5%), dan aluminium (1.4%), dengan sisa 1.2% terdiri dari berbagai elemen–elemen lainnya. Hal ini menjadikan oksida besi sebagai salah satu jenis mineral paling berlimpah di bumi.
Pigmen oker memilki komposisi utama dari mineral-mineral oksida besi sebagai berikut:
a. Oker merah banyak mengandung mineral hematit (Fe2O3) yang merupakan oksida besi anhidrat.
b. Oker Kuning banyak mengandung mineral limonit (FeO(OH)•nH2O) yang merupakan oksida besi hidrat. Menurut sistem Indeks Warna Internasional, warna alamai oker kuning adalah PY-43.
c. Oker ungu serupa dengan oker merah tetapi dengan perbedaan difraksi cahaya karena ukuran butir partikel yang lebih besar.
d. Oker coklat banyak mengandung mineral goetit (FeO(OH)) yang merupakan oksida besi hidrat.
Oker tidak beracun dan dapat dijadikan cat minyak yang cepat kering dan melapisi permukaan dengan merata. Pigmen oker di masa modern dibuat dari oksida besi sintesis.
5. Masa Peradaban Mesir Kuno
Pada masa Mesir Kuno (3.100 SM–31 SM), warna kuning diasosiasikan dengan emas dan dianggap abadi. Kulit dan tulang-tulang para dewa-dewi dianggap terbuat dari emas. Masyarakat Mesir kuno menggunakan oker kuning untuk menghias makam walaupun kadang-kadang digantikan oleh mineral orpimen (As₂S₃). Orpimen memilki warna lebih cemerlang namun sangat beracun karena komposisi arsenik yang terkandung di dalamnya. Di lukisan makam, laki-laki selalu digambarkan dengan wajah berwarna coklat dan perempuan digambarkan dengan warna oker kuning atau berwajah emas.
Sekitar 3.000 SM, penemuan mineral-mineral baru pada masa ini juga menghasilkan warna biru dari mineral azurit (Cu3(CO(CO3))2(OH)2) dan warna hijau dari mineral malasit (Cu3(CO(CO3))(OH)2). Pigmen warna biru ini dibuat dengan mencampur pasir dan mineral-mineral berunsur tembaga tersebut, kemudian digerus hingga menjadi bubuk gelas berwarna biru.
Oker merah pada masa Mesir Kuno biasa dipakai sebagai perona pipi dan pelembab bibir untuk perempuan. Lempung oker juga dipakai sebagai obat medis seperti tertulis dalam teks Papirus Ebers yang berisi catatan herbal dan dibuat pada kisaran tahun 1550 SM.
6. Masa Peradaban Yunani dan Roma
Oker adalah pigmen yang sering dipakai pada lukisan dinding di peradaban Mediterania kuno. Masyarakat Yunani kuno menyebut oker merah sebagai μίλτος, míltos. Di Athena ketika rapat dewan dipanggil, akan ada sekelompok budak pekerja yang menyapu ruang terbuka Agora dengan tali yang dicelupkan ke dalam miltos agar dapat menandai orang-orang yang berkeliaran di luar supaya mereka memilih hadir di ruang pertemuan dewan. Oleh sebab itu, orang yang terkena miltos tidak akan memakai pakaian yang terkena cat tersebut untuk menghindari denda ketidakhadiran di rapat dewan. Miltos digunakan juga untuk menandai domba dan dapat dipakai sebagai lapisan kedap air pada struktur bangunan.
Pada zaman kuno ini, oker merah terbaik berasal dari koloni Yunani di Laut Hitam, di mana kota modern Sinop di Turki berada. Perdagangan oker merah yang mahal ini diatur dengan hati-hati dan selalu ditandai oleh segel khusus sehingga warna-warna oker merah ini disebut sebagai Segel Sinope. Akhirnya sinopia menjadi sebutan berbagai macam pigmen oker merah gelap.
Para penakluk dari Romawi melukis wajah mereka dengan pewarna merah untuk meniru warna kulit patung para dewa yang dicat merah. Orang Romawi menggunakan oker kuning dalam lukisan mereka untuk menggambarkan warna emas, kulit, dan sebagai warna latar belakang. Hal ini sering ditemukan di mural kota Pompeii.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>