More

    Warna Dalam Mineral

    Oleh: Ichi*

    Foto: Gunung Zhangye Danxia, Gunung Pelangi di RRC

    1. Pendahuluan

    Aktivitas geologi yang dilakukan oleh manusia pertama kali bukanlah penambangan mineral logam mulia, bukan pula mineral bijih tembaga atau besi, tetapi pencarian bahan-bahan pewarna untuk melukis. Hal ini mulai berlangsung ketika manusia-manusia prasejarah telah mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka berupa pangan dengan lebih mudah sebagai hasil terbentuknya etos kerja berorganisasi dalam komunitas mereka. Kemampuan awal berorganisasi ini menunjukkan spesies manusia sudah berbudaya, di mana komunikasi, sebuah penyampaian gagasan, menjadi semakin efektif dan sekaligus semakin kompleks. Manusia-manusia prasejarah mulai menyampaikan alam pikir kreasi mereka dengan membuat lukisan sebagai ungkapan keterpukauan kepada alam sekitar yang berbahaya sekaligus indah. Pewarna yang dipakai adalah bahan yang biasa tehampar di permukaan tanah yaitu oker, dan bahan yang mereka temukan setelah membuat api yaitu arang. Oker menghasilkan warna merah kecoklatan, serta ada juga yang berwarna kuning, sedangkan arang menghasilkan warna hitam. Jenis-jenis warna tersebut selalu ditemui di lukisan-lukisan pra sejarah. Penggunaan pewarna dari oker inilah menjadi aktivitas penggalian mineral yang pertama kali dilakukan oleh manusia. Hal tersebut menandakan bahwa manusia sejak masa prasejarah sudah melakukan kegiatan mengumpulkan zat pewarna dari mineral yang akan dipakai untuk kegiatan membuat simbol-simbol. Ini menjadi salah satu pijakan penting dalam perkembangan kemampuan kognitif manusia untuk berbudaya dalam masa-masa peradaban seterusnya.

    Sebuah lukisan purbakala yang mencitrakan rangkaian perburuan hewan tergambarkan di dinding gua di Maros, Sulawesi Selatan. Beberapa lukisan cap tangan juga ditemukan di sudut-sudut lain dari gua di situs Leang Bulu Sipong ini . Nampaknya manusia dari zaman prasejarah menggunakan metode cetak dan semprot ketika melukis telapak tangan mereka yang ditempel. Hasil uji umur radioaktif dari lukisan hasil karya budaya manusia tersebut menunjukkan usia yang sangat lampau, yaitu 40.000 tahun ;alu. Mereka memakai zat pewarna alami dari mineral yang mudah ditemui, yaitu: hematit, dan oker untuk spektrum warna merah, kuning hingga kecoklatan. Hematit adalah mineral besi oksida (Fe2O3) berwarna hitam tetapi menjadi kemerahan sebab teroksidasi, ketika sudah lama terpapar udara bebas. Oker adalah mineral lempung yang bercampur dengan lapukan mineral oksida besi. Sifat warna dari mineral-mineral ini terjadi secara alami dan inheren adanya. Oleh karena itu, sifat zat pewarna dari mineral akan bertahan lama hingga ribuan tahun lamanya.

    Penentuan umur dari lukisan-lukisan tersebut menggunakan rasio peluruhan isotop uranium dan torium dengan mengambil sampel stalaktit yang tumbuh di atas karya tersebut. Empat belas lukisan dari tujuh gua memiliki umur 39,9 ribu hingga 17,4 ribu tahun yang lalu. Hal ini diketahui dengan menggunakan metode uji umur seri–U yang sangat presisi tersebut. Sehubungan dengan hal itu, stalaktit yang baru tumbuh di atas lukisan hanya menunjukan nilai minimum dari uji umur seri–U tersebut sehingga lukisan tersebut bisa saja berumur lebih tua.

    - Advertisement -

    Cetakan tangan yang berumur 40.000 tahun ini menjadi hasil karya purbakala yang paling tua di antara berbagai karya zaman batu yang tersebar di kawasan tersebut. Sedangkan, sebuah lukisan besar lain bergambar babi dan rusa betina memilki umur minimum 35,4 ribu tahun sehingga menjadi salah satu gambar figur tertua di dunia. Hal ini juga menunjukkan kreativitas manusia purbakala telah mampu menghasilkan hasil karya yang indah. Lukisan serupa tentang hewan juga ditemukan di zaman paleolitikum Eropa, di situs Chauvet dan Lascaus. Arkeologis Adam Brumm dari Universitas Griffith, Australia mengatakan bahwa, “Faktanya, lukisan gua dan bentuk ekspresi artistik serupa telah nampak menjadi bagian tradisi budaya manusia modern pertama yang berpindah dari Afrika menuju Asia, jauh sebelum mencapai Eropa.” Menurut peneliti Indonesia, Muhammad Ramli dan Budianto Hakim, ada 90 situs seni gua dan ratusan lukisan tunggal serta cetakan di kawasan Maros yang sudah berumur ribuan tahun.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here