8. Analisis Optik dari Pigmen Mineral
Beberapa jenis pigmen warna dibuat dari mineral-mineral yang sifat-sifat optiknya dapat diamati sesuai pengamatan mineralogi. Pengamatan sifat-sifat optik pigmen mineral ini bisa menjadi petunjuk bagi petugas hukum untuk melakukan penyelidikan dan pembuktian terhadap kasus pencurian atau penipuan lukisan bernilai seni tinggi. Selain itu, bisa juga memberi petunjuk komposisi dan bahkan metode melukis pada lukisan-lukisan kuno.
Di dua belas gua-gua Bamiyan, Afganistan, terdapatlah lukisan-lukisan mural bertema Buddha yang dibuat pada pertengahan abad ke-7 Masehi. Pada tahun 2008, tim gabungan ilmuwan dari negara Jepang, Perancis, Amerika Serikat, dan Eropa telah menemukan fakta bahwa semua lukisan-lukisan tersebut dibuat dengan teknik cat minyak yang dibuat dari campuran pigmen mineral dan medium minyak biji kenari atau minyak biji kaskas dari tanaman poppy. Temuan ini menjadi koreksi bagi catatan buku-buku sejarah dan buku-buku seni Eropa yang menuliskan bahwa lukisan cat minyak dimulai di Eropa pada abad ke-15.
Situs Bamiyan sangat penting secara sejarah dan nilai artistik karena tempat ini menjadi bagian rute Jalur Sutera yang menghubungkan dunia Timur dengan dunia Barat. Oleh sebab itu, UNESCO dan sponsor dari Jepang mengambil langkah diagnosis ilmiah untuk meneliti teknik melukis dan mekanisme pelapukan dari lukisan-lukisan mural tersebut, sebagai upaya menghasilkan usaha konservasi yang berhasil. Secara khusus, analisis yang digunakan memakai basis sinkotron milik European Synchotron Radiation Facility (ESRF). Analisis sinkotron adalah metode yang memanfaatkan sebuah partikel bermuatan yang diberi percepatan, agar memancarkan cahaya yang dikenal sebagai radiasi sinkotron. Radiasi ini dapat digunakan untuk mengenali pigmen mineral, material pigmen yang terlapukkan, dan cairan pengikat organik dari cat. Gelombang yang dipakai adalah berbagai varian dari sinar-X sangat kuat.
Analisis unsur dilakukan sebagai langkah pertama untuk mengenali kandungan pigmen dan campurannya. Mereka menemukan pigmen mineral seperti timbal pada mineral serusit (PbCO3), dan hidroserusite (Pb3(CO3)2(OH)2); tembaga; kalsium; raksa; dan arsenik. Lukisan Buddhisme biasanya dibuat sangat rumit karena tersusun dari lapisan-lapisan yang menumpuk dari lima sampai dengan enam lapis yang masing-masing sangat tipis.
“Gelombang mikrometrik yang disediakan sumber sinkotron sangat esensial untuk melakukan analisis lapisan-lapisan ini secara terpisah. Lukisan-lukisan ini dibuat dari pigmen-pigmen non organik yang dicampur dengan perekat organik,” jelas Marine Cotte, ilmuwan riset CNRS dan kolaborator ESRF.
Komponen organik dari lapisan cat diidentifikasi dengan metode spektroskopik, dengan melakukan identifikasi getaran dari struktur molekular yang menyebabkan penyerapan cahaya. Hasil metode ini menunjukan keragaman pigmen dan perekat sehingga para peneliti dapat mengenali komposisi asli dan campuran yang terubahkan. Selain lapisan cat minyak, ditemukan juga lapisan damar, protein dari lemak hewan serta telur, karet, dan sejenis vernis.
“Ini adalah jenis yang jelas lukisan cat minyak pertama di dunia, walaupun minyak pengeringnya sudah digunakan sejak Romawi Kuno atau Mesir Kuno, tetapi hanya digunakan sebagai obat dan kosmetik,” demikian penjelasan Yoko Taniguchi, ketua dari tim peneliti.
Lukisan-lukisan tersebut mungkin adalah hasil karya seniman-seniman yang mengembara melalui Jalur Sutera, sebuah rute perdagangan kuno antara Tiongkok, melalui gurun di Asia Tengah, dan dunia Barat. Namun hanya sedikit studi yang mendalami sejarah daerah ini. “Berkenaan dengan kondisi politik, studi tentang lukisan di sekitar Asia Tengah sangatlah jarang. Kami telah beruntung mendapatkan kesempatan dari UNESCO, sebagai bagian proyek konservasi untuk Situs Warisan Dunia Bamiyan, dapat mempelajari sampel ini dan kami berharap riset di masa mendatang dapat menyediakan pemahaman mendalam tentang teknik melukis sepanjang Jalur Sutera dan daerah Eurasia,” ucap Taniguchi.
Pada situasi yang lebih umum, informasi yang didapat dengan pemrosesan data mutakhir akan dapat memberi pemahaman lebih mendalam mengenai teknik melukis, baik komposisi material dan cara aplikasi cat yang tersedia pada kurun waktu tertentu. Hasil ini memberikan kita pandangan terbaru tentang sejarah lukisan dan tentunya mendorong usaha-usaha untuk melakukan analisis pada lukisan-lukisan kuno di dunia.
* Ichi, nama seorang penulis esai yang sekarang masih belajar dengan tekun di Akademi Menulis. Ia lulusan geologi di Universitas Trisakti-Jakarta. Ini adalah esai pertamanya yang ia tulis. Sebelumnya ia belum pernah menulis esai. Di samping punya hobi mendaki gunung, membaca dan menulis, ia juga berlatih seni beladiri “Aikido” sampai kini hingga ia mencapai “dan-3”.