More

    Lompatan Kausalitas dalam Perspektif Logika Modalitas

    2/

    Sekarang, bisakah Anda membedakan antara “relasi serial” dengan “relasi transitif” dalam konteks logika modern? Bila belum bisa, maka janganlah Anda tergesa bicara perihal kekeliruan “lompatan kausalitas” dalam implikasi material. Sebab, andai begitu, jelas sekali pola pikir Anda masih terpaku pada pola implikasi material dalam bentuk relasi serial dari Aristoteles, Berikut saya formalisasikan relasi serial tersebut dalam rumusan aksioma logika modalitas:

    (1) □A→◊A, ∃u wRu, Relasi Serial.

    - Advertisement -

    Bila Anda beranggapan yang dimaksud dengan lompatan kausalitas adalah ketiadaan relasi dalam satu proposisi yang menggunakan operator implikasi material, maka sudah jelas proposisi tersebut taklah bisa dikatakan sebagai proposisi implikasi material, atau, dengan kata lain, anggapan Anda itu terbukti keliru. Yang dimaksud dengan lompatan kausalitas sebenarnya bukanlah ketiadaan relasi implikatif, melainkan satu proposisi implikatif yang menggunakan bentuk “relasi transitif”. Misal: “jika w memiliki relasi dengan v” dan “v memiliki relasi dengan u”, maka “w memiliki relasi dengan u”. Bila hendak dirumuskan dalam bentuk logika modalitas, maka bisa ditulis seperti berikut ini:

    (2) □A→□□A, (wRv & vRu) ⇒ wRu, Relasi Transitif.

    Ketika Anda mencoba memahami satu proposisi (pada cerita yang berbentuk prosa atau puisi atau drama) yang seolah tak memiliki hubungan sebab-akibat–karena disusun dengan struktur lompatan kausalitas–misalnya “wRu” (seperti contoh pada aksioma relasi transitif di atas), maka jangan langsung buru-buru menyatakan proposisi itu tak memiliki relasi kausalitas, mengandung unsur “ke-tiba-tiba-an” atau ketidaklogisan dalam konteks implikasi material, oleh sebab Anda hanya memahami kausalitas dalam bentuk relasi serial. Yang mesti Anda lakukan, selain bersabar tentunya, adalah mencoba menelisik apakah proposisi itu mengandung relasi transitif atau tidak. Anda harus mencari proposisi anteseden (wRv & vRu) pada relasi transitif di dalam struktur teks yang Anda baca agar Anda benar-benar bisa memahami bahwa proposisi di dalam konsekuen (wRu) memang memiliki relasi kausalitas. Bisa jadi dalam teks prosa atau puisi atau drama modern, algoritma dari anteseden (wRv & vRu) tidak diletakkan di depan konsekuennya, tetapi di belakang atau di tengah, seperti struktur plot “in medias res” atau cerita-cerita realisme magis.

    Nah, kalau Anda masih penasaran coba buktikan hipotesis saya di atas dengan menonton film Birdman (2014) karya sutradara Alejandro Gonzalez Inarritu, atau baca puisi-puisi hiperteks dengan teknik “anakoluton” karya John Ashberry, atau baca novel gaya infrarealismo berjudul “The Savage Detectives” karya sastrawan Meksiko Reberto Belano. Namun, bila Anda mau mencoba sekarang (sebagai latihan berpikir), maka silakan pecahan relasi transitif dalam puisi surealis karya Pablo Neruda–penyair Chili peraih Nobel Sastra 1971–yang telah saya terjemahkan berikut ini:

    KESATUAN

    Ada sesuatu yang padat, bersatu, menetap di kedalaman,
    terus mengulangi jumlahnya, tanda yang identik.
    Perhatikan bagaimana batu-batu telah menyentuh waktu,
    dalam masalah halus mereka ada tercium bau usia,
    air yang membawa laut, garam dan tidur.

    Aku dikelilingi satu hal, satu gerakan:
    mineral berat, madu cahaya,
    melekat pada suara dari kata “malam”:
    tinta gandum, gading, dan air mata,
    aneka barang dari kulit, dari kayu, dari wol,
    kuno, pudar, seragam,
    berkumpul di sekitarku seperti dinding.

    Aku terus bekerja, terus melampaui diriku,
    seperti gagak melampaui kematian, gagak berkabung.
    Merenung, terisolasi dalam pergantian musim,
    tepusat, dikelilingi oleh geometri senyap:
    suhu parsial melayang turun dari langit,
    semacam kerajaan dari kesatuan aneh ini
    mendadak mengepung diriku.

    ——————————————–

    Versi asli puisi ini (dalam Bahasa Spanyol):

    UNIDAD

    Hay algo denso, unido, sentado en el fondo,
    repitiendo su número, su señal idéntica.
    Cómo se nota que las piedras han tocado el tiempo,
    en su fina materia hay olor a edad,
    y el agua que trae el mar, de sal y sueño.

    Me rodea una misma cosa, un solo movimiento:
    el peso del mineral, la luz de la miel,
    se pegan al sonido de la palabra noche:
    la tinta del trigo, del marfil, del llanto,
    envejecidas, desteñidas, uniformes,
    se unen en torno a mí como paredes.

    Trabajo sordamente, girando sobre mí mismo,
    como el cuervo sobre la muerte, el cuervo de luto.
    Pienso, aislado en lo extremo de las estaciones,
    central, rodeado de geografía silenciosa:
    una temperatura parcial cae del cielo,
    un extremo imperio de confusas unidades
    se reúne rodeándome.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here