Pengukuran suhu tubuh secara tradisional memiliki banyak kelemahan, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan teknis dalam pendataan di lapangan. Apalagi penggunaan pendeteksi suu tersebut, dilakukan dengan kontak fisik yang dapat membahayakan petugas dan prosesnya secara manual memperlambat identifikasi orang dengan Covid-19.
Setuasi ini mendorong lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk mengembangkan sistem pendeteksi suhu dengan kecerdasan buatan yang diberinama Techno Temperature. Kelima mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi tersebut tergabung dalam tim Instone.
Lukman Arif Hadianto, ketua Tim Instone menjelaskan, Techno Temperature merupakan sistem pengenalan pola suhu tubuh menggunakan sensor LWIR. Selain itu TT juga menggunakan pengolahan citra sebagai tindak lanjut pencegahan penyebaran Covid-19 yang terintegrasi dengan pemerintah dan rumah sakit.
Kamera yang digunakan pada Techno Temperature adalah kamera thermal Flir Lepton yang dapat mengukur suhu tubuh manusia. Kamera ini menerapkan konsep kecerdasan buatan berupa neural networking.
“Untuk penerapannya, sensor tersebut disambungkan ke aplikasi yang dapat menampilkan user interface dari hasil pembacaan sensor tersebut,” ujar mahasiswa angkatan 2017 ini seperti yang dirilis humas ITS, (25/07/2020)
Sensor akan membaca bila terdapat nilai ambang batas suhu minimal yang ditentukan. Mereka yang memiliki suhu tubuh di atas nilai ambang batas, kamera secara otomatis mengambil gambar wajah manusia dan mengirimkan data tersebut ke pengguna aplikasi ini serta membunyikan alarm untuk peringatan.
Selanjutnya, data tersebut akan dikirimkan ke pemerintah pusat atau daerah dan rumah sakit untuk monitoring dan tindak lanjut terhadap manusia yang suhu tubuhnya di atas batas normal. Misalnya, dengan melakukan penjemputan suspect tersebut agar segera diperiksakan ke rumah sakit terdekat dan dikarantina.
“Sistem ini sangat efektif sebab data pasien atau manusia yang terindikasi suhu tubuh di atas batas normal dapat terdeteksi secara cepat dan realtime,” ungkap Lukman.
Keunggulan inovasi ini, lanjut Lukman adalah terintegrasi dengan aplikasi user, aplikasi rumah sakit, dan aplikasi pemerintah. Sehingga mempermudah pelacakan orang yang terdeteksi oleh sensor tersebut.
Orang yang terdeteksi memiliki suhu tubuh di atas ambang batas, akan mendapat notifikasi informasi suhu tubuh yang diukur. Kemudian diinformasikan juga agar seseorang tersebut untuk melakukan pengecekan manual ke rumah sakit atau karantina mandiri di rumah.
Meraih Juara Pertama.
Selain Lukman, inovasi ini juga dikembangkan oleh Ari Wardana, Noor Robbycca Rachmana, Indriani Aramintha Mentari, dan Nurfani Arifudin. Aplikasi yang mereka buat ini pernah meraih juara pertama dalam Lomba Aplikasi Inovatif dan Inspiratif Covid-19 (LAI2-Covid-19) berskala nasional pada sublomba Detektor yang diadakan oleh Direktorat Kemahasiswaan ITS.[]