SURABAYA, KabarKampus – Daffa Dzaki, seorang peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Airlangga (Unair) harus kecewa, karena tidak bisa mengikuti UTBK. Hal tersebut karena hasil rafid tes yang semula non reaktif, tiba-tiba berubah menjadi reaktif.
Daffa dijadwalkan mengikuti UTBK sesi kedua di Unair pada hari Selasa, (07/07/2020) pukul 14.00 WIB. Sebelum mengikuti mengikuti UTBK, pada pagi hari pukul 08.00 WIB, ia mengikuti rapid tes di Unair. Hasil tes tersebut non reaktif.
Namun ketika datang kembali ke lokasi ujian yakni di Fakultas Hukum Unair Kampus B Surabaya, tiba-tiba ia diberhentikan petugas karena hasil rapid tesnya diduga reaktif.
“Lalu saya diantar pengawas di tempat rapid tes tadi dan waktu saya bertemu dokter, dokternya meminta hasil rapid tes tadi lalu menggantinya langsung dengan reaktif tanpa dijelaskan hasilnya terlebih dahulu. Lalu saya disuruh pulang, jadi saya batal mengikuti ujian dan mental saya sedikit kacau,” kata Daffa mengunggah kekecewaannya di akun instagramnya.
Menanggapi komplain dari salah satu peserta UTBK yang gagal mengikuti ujian tahap pertama tersebut, Prof. Junaidi Khotib S.Si, Apt., M.Kes., Ph.D Ketua panitia UTBK Pusat Universitas Airlangga menjelaskan, pada Selasa, 7 Juli 2020 pukul 08.20, Daffa melakukan uji rapid test di Kampus B UNAIR sebagai persyaratan untuk mengikuti UTBK. Setelah 15 menit, Daffa menerima hasil non-reaktif bertandatangan dr. Masrudrotul Ilmiah selaku dokter PLK UNAIR. Kemudian Daffa meninggalkan lokasi karena yang bersangkutan ujian pada sesi siang tepat pukul 14.00.
Namun, pada pukul 09.00, petugas test menemukan perkembangan yang berubah, dimana reaksi tes (karena terus dimonitor) yang bersangkutan berubah menjadi reaktif. Panitia pun menghubungi dan melacak kontak yang bersangkutan, tetapi belum tersambung.
“Jadi normalnya hasil rapid test bisa keluar dalam waktu 10-15 menit. Sama halnya dengan rapid test yang dilakukan oleh Daffa, hasilnya keluar dalam waktu 10-15 menit. Namun panitia juga tidak menyangka bahwa 30 menit setelahnya hasil rapid tes itu berubah menjadi reaktif,” kata Prof Junaedi di laman Unair.
Pada pukul 13.00, Daffa kembali lagi ke Kampus B UNAIR untuk mengikuti UTBK dan menunjukkan hasil uji rapid test yang ia peroleh tadi pagi kepada pengawas ujian. Kemudian salah seorang pengawas ujian meminta yang bersangkutan untuk ke ruang rapid test dan bertemu dengan dr. Masrudrotul Ilmiah dengan memberi tahu dan mengganti surat yang tadinya non reaktif menjadi reaktif. Daffa kemudian diminta untuk tidak mengikuti ujian dan istirahat pulang kembali ke rumah dengan melakukan isolasi mandiri.
Prof Junaidi mengatakan bahwa segala bentuk keputusan panitia dilakukan berdasarkan prosedur protokol pencegahan Covid-19 dan aturan yang dikeluarkan oleh LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi). Perubahan status rapid test Daffa murni berdasarkan hasil tes di lapangan, di lobby MM Sekolah Pascasarjana.
Sejak Daffa mengunggah storynya di instagram, panitia mencoba untuk menghubungi pihak Daffa melalui telepon. Kemudian keesokan harinya pada Rabu pagi Prof Junaidi mengambil tindakan dengan menghubungi pihak orang tua dan bertemu untuk diberikan penjelasan terkait hasil tes.
Orang tua mendatangi UNAIR dan bertemu dengan panitia di ACC untuk menanyakan kejelasan permasalahan dan telah tersampaikan semua informasi kepada ayahnya.
“Prinsipnya panitia dan keluarga sangat mendukung agar saudara Daffa bisa mengikuti ujian UTBK tahap kedua,” ungkap Prof Junaidi.
Dalam pertemuan itu, pihak UNAIR menjelaskan bahwa tujuan menunda ujian itu untuk melindungi yang bersangkutan agar dalam kondisi sehat saat melaksanakan ujian. Serta memberikan penjelasan tentang reschedule jadwal UTBK Daffa ke tahap II berdasarkan ketentuan dan aturan UTBK 2020. Orang tua Daffa berterimakasih dan menyepakati perihal kesertaan Daffa untuk ujian pada tahap 2.
“Panitia UTBK UNAIR benar-benar merusaha melayanai peserta UTBK secara maksimal sesuai ketentuan LTPMT. Juga memenuhi surat edaran Walikota Surabaya tentang ketentuan rapid test. UNAIR menyelanggarakan tes rapid tersebut tanpa berbayar/ gratis kepada peserta yang kesulitan,” tutur Ketua Panitia UTBK UNAIR itu.[]