Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa jumlah limbah masker sekali pakai mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19. Limbah-limbah tersebut berpotensi menjadi penyakit baru karena tidak hanya digunakan oleh para petugas medis, masker sekali pakai juga banyak menjadi limbah rumah tangga.
I Gusti Dewa Ayu Agung Warmadewanthi ST MT PhD., pakar lingkungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengajak kepada masyarakat untuk melakukan proses disinfeksi atau pembersihan mikroorganisme pada limbah masker sebelum dibuang. Proses disinfeksi dilakukan dengan membersihkan masker menggunakan bahan-bahan disinfektan.
“Sampah ini harus diolah karena membahayakan kesehatan manusia dan bersifat infeksius,” ujar Wawa, sapaan akrabnya di laman ITS, Kamis, (03/09/2020).
Keharusan untuk proses disinfeksi tersebut, lanjutnya, Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik. Dalam peraturan tersebut, limbah masker sekali pakai yang dibuang ke tempat sampah merupakan limbah infeksius dan limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen dalam jumlah dan virulensi (kemampuan) yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Ia menjelaskan, urgensi dari pengelolaan limbah masker ini adalah karena virus Covid-19 bisa menular melalui benda terjangkit. Sehingga dengan melakukan disinfeksi, risiko penyebaran virus Covid-19 bisa lebih kecil.
Ia mengimbau supaya masyarakat bisa berperan serta dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan menerapkan proses disinfeksi masker sekali pakai sebelum dibuang. Metode untuk membersihkan masker infeksius sendiri cukup mudah yaitu dengan cara merendam masker ke dalam cairan disinfektan atau larutan sabun.
“Larutan sabun sudah bisa mematikan virusnya,” papar alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) itu.
Wawa berharap, agar masyarakat benar-benar berpartisipasi dalam melakukan pembersihan mikroorganisme masker sekali pakai di rumah. Hal ini untuk mencegah potensi bahaya yang mengancam, terutama bagi para pengepul sampah.
Mengelolaa Limbah Masker di ITS
ITS telah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya dan kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Surabaya untuk memberi penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat terkait cara pengelolaan limbah masker. Terkait penanganan limbah di ITS, ITS telah memiliki unit pengelola limbah B3 yang diusung sejak tahun 2011 yaitu Smart Eco Campus Development Unit.[]