Tiga mahasiswa ITS merancang Co-Saber untuk cegah penularan covid-19 di dunia industri. (Dok. ITS)
SURABAYA, KabarKampus – Penularan covid-19 di dunia industri terus meningkat di Indonesia. Dalam satu pekan terakhir sudah ada 68 Industri di Karawang menjadi cluster Covid-19.
Melihat tingginya angka penularan di dunia industri tersebut, mendorong mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk mengembangkan yang diberinama Co-Saber: Corona Smartband and Smart Detector. Inovasi ini merupakan ebuah teknologi presensi pintar sebagai pencegah penyebaran corona virus di industri kecil dan menengah.
“Oleh karena itu, Co-Saber hadir sebagai solusi,” ujar Eko seperti yang dirilis humas ITS, Kamis, (01/10/2020).
Eko menjelaskan, Co-Saber terdiri dari dua perangkat yaitu Smartband dan Smart Detector yang dihubungkan oleh koneksi internet. Smartband didesain khusus menyerupai gelang yang akan dipakai oleh pekerja.
“Alat tersebut berfungsi untuk melakukan pemantauan riwayat perjalanan pekerja, sehingga alat ini disertai dengan Global Positioning System (GPS),” paparnya.
Sedangkan Smart Detector, lanjut Eko, dipakai sebagai alat presensi nonkontak sebelum pekerja memasuki lokasi kerja. Untuk meminimalisir kontak fisik, maka disematkanlah fitur face detection untuk mengidentifikasi pekerja yang melakukan presensi.
“Pada perangkat ini juga terdapat sensor suhu berbasis sinar inframerah untuk mengukur suhu tubuh pekerja tanpa melakukan kontak fisik,” tambah mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS ini.
Untuk cara kerjanya, pertama, sensor ultrasonik akan mengidentifikasi adanya seseorang di depan perangkat. Jika terdeteksi, nantinya kamera akan mengambil citra wajah pekerja tersebut. Kemudian hasilnya akan diproses menggunakan teknologi face detection untuk mengetahui identitas pekerja yang melakukan presensi.
Selanjutnya, riwayat perjalanan pekerja tersebut akan diambil dari Cloud Storage dan diidentifikasi secara otomatis apakah pekerja tersebut mengunjungi satu atau lebih lokasi pada daftar hitam Covid-19. Hasil identifikasi suhu dan lokasi yang dikunjungi akan diolah kembali dan ditampilkan oleh indikator.
Eko mengungkapkan bahwa sebelumnya sudah ada teknologi serupa pada 2014 silam, khususnya dalam penggunaan face detection sebagai presensi online. Yang membedakan dengan kajian tersebut, teknologi Co-Saber dilengkapi dengan fitur pengukuran suhu tubuh dan identifikasi riwayat perjalanan, sehingga dapat menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia saat ini.
Dalam merancang alat ini, Eko dibantu Mia Dwi Susanti dan Arinditya Berlinda yang tergabung dalam tim bernama Armies. Berkat ide cemerlang tersebut, baru-baru ini teknologi Co-Saber berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi nasional yang diadakan oleh IT Telkom Purwokerto, beberapa waktu lalu.