More

    Pemilihan Presiden Mahasiswa UGM Digelar Secara Daring

    Konferensi pers pelaksanaan Pemilihan Umum Mahasiswa UGM. Dok. KPUM UGM

    Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) UGM bakal menggelar Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) pada 16-18 November 2020 mendatang. Tahun ini pemilihan Presiden Mahasiswa dan Dewan Perwakilan Mahasiswa ini bakal dilaksanakan secara daring.

    Dalam melaksanakan Pemilwa, KPUM menggandeng Direktorat Pendidikan dan Pengajaran, Direktorat Kemahasiswaan, serta DSSDI UGM. Kemudian mereka memanfaatkan Sistem Informasi Terintegrasi (SIMASTER) yang selama ini dimanfaatkan UGM untuk mengintegrasikan data mahasiswa selama berkuliah.

    M. Yusuf Ketua KPUM UGM menjelaskan, pada saat pemilihan, para mahasiswa terdaftar sebagai mahasiswa UGM dapat mengakses SIMASTER. Selanjutnya mereka dapat memilih menu survei dan memilih kandidat capresma atau DPM sesuai pilihan masing-masing.

    - Advertisement -

    Dalam beberapa kali uji coba sistem ini, Yusuf mengaku, sejauh ini, tidak ada kendala dalam mengaksesnya. Selanjutnya mereka juga bakal menguji sistem tersebut pada hari Seni dan Selasa 09 -10 November 2020.

    “Kami harap partisipasinya dalam uji coba tersebut,” ajaknya dalam konferensi pers, Minggu, (08/11/2020).

    Namun selain hari pemilihan atau hari H, dalam pemilihan ini terdapat sejumlah tahapan, yaitu debat kandidat calon presiden mahasiswa, kampanye, dan sosialisasi Pemilwa juga dilaksanakan secara daring. Kesemua itu telah dikemas dalam beragam konten yang diunggah dan disiarkan melalui berbagai platform media sosial KPUM UGM, dari Instagram, Youtube, Line, Twitter, Spotify, serta situs https://kpum.wg.ugm.ac.id/.

    Dengan adanya Pemilwa secara daring, menurut Yusuf Pemilwa menjadi lebih berhemat. Tidak banyak peralatan yang harus disiapkan dan tidak membutuhkan terlalu banyak SDM.

    Sementara itu, Pandu Wisesa Wisnubroto, Komisioner Legal KPUM UGM, Pemilwa kali ini yang terbilang berdekatan dengan momen Pilkada Serentak 2020. Ia bersama kawan-kawannya di KPUM melihat banyak perdebatan tentang pelaksanaan pemilihan langsung dalam kondisi pandemi ini yang dikhawatirkan dapat menyebabkan munculnya kluster baru. Untuk itu, pihaknya merumuskan Pemilwa daring ini dengan harapan untuk menghilangkan stigma tersebut.

    “Daripada menganggap pandemi sebagai halangan, kami lebih memandangnya sebagai sebuah tantangan,” terangnya.

    Menurut Pandu, dengan Pemilwa ini, mereka ingin membuktikan bahwa Pemilu dan pandemi bukanlah kata yang berlawanan. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, merekabisa mewujudkan bagaimana demokrasi tetap berjalan tanpa menimbulkan kekhawatiran akan meningkatkan penyebaran Covid-19. 

    “Untuk itu, saya harap Pemilwa ini dapat menjadi sebuah percontohan bagi instansi atau perguruan tinggi lainnya,” pungkasnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here