SURABAYA, KabarKampus – Mahasiswa yang tergabung dalam tim Spektronics Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menggagas robot asisten cyborg berupa serangga. Robot yang diberinama I-BOT ini dibuat untuk membantu tim penyelamat dalam operasi pencarian penyelamatan korban bencana.
Gagasan ini muncul, karena banyaknya serangga di negara tropis di Indonesia. Serangga dianggap lebih mudah dan efektif mendeteksi manusia korban bencana dibandingkan anjing.
“Kalau pakai anjing kan butuh waktu paling nggak sebulan, kalau pakai serangga bisa langsung,” terang Michael Adrian Subagio, Ketua tim Spektronics seperti yang dirilis ITS, Jumat, (22/01/2020)
Michael menjelaskan, ukuran serangga yang kecil mempermudah serangga untuk masuk ke sela-sela kecil, terutama jika banyak reruntuhan di lokasi bencana. Namun mereka hanya menawarkan serangga kecoa dan kumbang.
Pada prinsip, kata Michael inovasi ini memasang perangkat elektronik pada serangga hidup. Mereka menganggap serangga hidup lebih fleksibel karena bergerak sesuai kemampuannya sendiri.
“Karena itu, kenapa pakai serangga asli dan bukan pakai robot mikro, karena nggak perlu tenaga tambahan seperti baterai atau perlu supply power,” terangnya.
Meski dipasang alat elektronik, serangga tidak akan disakiti. Menurutnya, penambahan perangkat hanya berupa backpack kecil yang diletakkan di atas serangga.
“Dari perangkat ini juga, kita bisa mendapat informasi tambahan di lokasi kejadian,” ungkap mahasiswa Teknik Kimia ITS ini.
Selain itu I-BOT juga menggunakan Internet of Things (IoT) berupa bluetooth yang membuat gerakan serangga lebih terintegrasi. Penggunaan bluetooth dan perangkat amplifier tersebut sebagai tambahan untuk memperkuat sinyal. Diharapkan serangga-serangga tersebut dapat mendeteksi korban bencana di lokasi yang sempit.
Michael menyebut ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan manusia dengan inovasinya ini. Pertama, menggunakan kemampuan alamiah serangga itu sendiri. “Jadi kita manfaatkan kemampuan membau serta kemampuan deteksi suhu serangga untuk mendeteksi keberadaan manusia,” tuturnya.
Cara selanjutnya yaitu dengan memanfaatkan mikrofon dan kamera berukuran mikro yang terpasang pada perangkat. “Dengan memanfaatkan perangkat mikro ini, kita bisa live streaming. Operator juga nantinya bisa mengarahkan,” tambahnya.
Lanjut Michael, pemanfaatan bluetooth untuk mendeteksi keberadaan serangga dan melakukan transmisi data masih memiliki kekurangan. Akurasi penelitian yang sudah ada sebelumnya tidak mencapai 100 persen. Sehingga untuk mendapatkan akurasi yang tinggi masih perlu dilakukan banyak riset.
Michael pun berharap dengan banyak riset, ke depannya inovasi ini bisa diaplikasikan di kehidupan nyata. “Inovasi ini kan cuma ide awal, tetapi bisa dibilang kita yang duluan (melakukannya). Masih banyak pengembangan yang perlu dilakukan untuk bisa diaplikasikan di Indonesia,” pungkasnya penuh harap.
Dengan inovasi I-BOT yang digagas ini, Michael dan timnya telah berhasil meraih medali perak pada kompetisi berskala internasional Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO), beberapa waktu lalu.[]