(Sebuah Catatan Pengantar Untuk Ekspedisi Indonesia Baru)
Hari ini, tanggal 1 Juli 2022. Ada empat pria langka di republik ini yang berikhtiar mengadakan sebuah perjalanan panjang keliling Indonesia dalam sebuah ekspedisi yang disebut dengan Ekspedisi Indonesia Baru (EIB).
Empat orang itu bernama Farid Gaban ( 60 tahun), Dandhy Laksono ( 44 tahun), Yusuf Priyambodo ( 30 tahun) dari Tuban Jawa Timur, serta Benaya Ryamizard Harobu ( 22 tahun) dari Pulau Sumba, NTB.
Farid Gaban adalah seorang jurnalis senior yang pernah berkarir sebagai wartawan Tempo, lalu jadi Pemimpin Umum Republika. Pria matang ini sebelumnya telah menyelesaikan sebuah ekspedisi panjang selama satu tahun keliling Indonesia dengan nama Ekspedisi Khatulistiwa.
Sedangkan Dandhy Laksono adalah seorang pria paro baya yang juga seorang jurnalis kenamaan di tanah air dan pernah bekerja di berbagai media. Dia sebelumnya juga pernah menyelesaikan sebuah perjalanan eksplorasi panjang selama satu tahun dengan nama Ekspedisi Indonesia Biru. Melalui organisasinya Watchdoc yang baru baru ini menerima penghargaan Magsaysay Award telah berhasil merilis konten ratusan video yang banyak memberikan kritik terhadap kerusakan lingkungan dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh negara maupun korporasi.
Yusuf Priambodo adalah lulusan Institute Seni Indonesia ( ISI) Jogja. Pemuda dari Tuban, Jawa Timur ini adalah seorang fotografer yang sangat mengagumi Robert Capa, Jurnalis Fotografi yang sangat terkenal dengan liputanya di masa perang dunia kedua dan merupakan pendiri dari koperasi Magnum, koperasi milik para fotografer pertama di dunia.
Benaya Ryamizard Harobu adalah pemuda dari Sumba, NTB. Anak muda belia ini lulusan Universitas Tribuana Tunggal Dewi, Malang yang bekerja di media televisi Agropolitan TV yang concern di bidang pertanian.
Yusuf dan Benaya merupakan dua anak muda yang dinyatakan lolos seleksi untuk terlibat dalam EIB secara langsung. Namun ada puluhan anak muda lainya yang bekerja secara voluntir dalam manajemen ekspedisi ini.
Menurut Farid Gaban, EIB ini memang diharapkan banyak melibatkan anak muda. Dia berkeyakinan bahwa anak muda adalah merupakan keniscayaan masa depan untuk membangun wajah Indonesia baru. Sebab menurut dia, orang tua yang saat ini ada itu jangankan untuk diharapkan untuk mengubah keadaan, untuk mengubah dirinya sendiri sudah tidak cukup waktu.
Dikatakan Farid Gaban, ekspedisi ini juga akan sedikit berbeda dengan tujuan dan manajemen yang sebelumnya telah dilakukan. Kalau ekspedisi sebelumnya banyak memotret berbagai kekayaan alam dan juga masalah lingkungan dan sosial, di dalam ekspedisi ini diharapkan juga akan dapat menemukan dan merekam berbagai bentuk karya imajinatif anak bangsa di seluruh pelosok tanah air untuk mengelola potensi sumberdaya alam dengan penuh kearifan dan juga karya-karya sosial.
Dikatakan Farid Gaban, manajemen ekspedisi yang ada juga dikembangkan sebagai sebuah organisasi koperasi yang diharapkan akan dapat memproduksi video, foto, tulisan dan lain-lain. Namanya Koperasi Indonesia Baru. Dari koperasi ini juga diharapkan akan dapat membiayai dan mengelola aspek bisnis dari Ekspedisi Indonesia Baru.
Ekspedisi diperkirakan akan menghasilkan puluhan ribu foto, puluhan terrabyte footage video dan ratusan artikel di samping buku dan film dokumenter. Semua itulah yang akan menjadi modal awal koperasi.
Organisasi koperasi dipilih dengan harapan bahwa inisiasi dan partisipasi setiap orang akan menjadi sangat penting. Melalui jalan koperasi juga diharapkan akan dapat menjadikan proyek ekspedisi ini mampu membentuk jaringan kerjasama yang kuat dengan berbagai pihak dan terutama komunitas lokal di sepanjang perjalanan.
Dari jalan aspal di balik perbukitan nan elok Kahyangan, Batang, Jawa Tengah, perjalanan panjang ekspedisi pagi ini akan dimulai pada jam 08.00 WIB. Semoga perjalanan ini akan mampu memberikan inspirasi bagi masa depan Indonesia. Indonesia baru tanpa eksploitasi alam dan kemanusiaan. Semoga!
Jakarta, 1 Juli 2022
Suroto
Teman Ekspedisi Indonesia Baru