Oleh: Iswadi Syahrial Nupin*
Sejak dicetuskannya Revolusi Bolshevik pada 17 Oktober 1917 oleh Lenin dan kawan-kawan proletarnya, sampai hari ini perjuangan kaum kiri belum selesai. Perjuangan ditempuh dengan jalan bersenjata dan demokrasi. Bahkan ada pula yang mengerti dengan jalan pemikiran Marx namun memilih tidak berpartai seperti Jean Paul Sartre. Ada kalanya sesama kaum kiri baik yang berada dalam koridor perjuangan bersenjata (perjuta) dan demokrasi baik dalam bentuk partai atau organisasi massa saling melakukan kritik dan otokritik sesama comrade-nya tentang perlunya menempuh jalan revolusi bersenjata sesuai dengan paham Marxisme yang asli.
FARC-EP (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia—Ejército del Pueblo) adalah gerakan gerilya yang merupakan kelanjutan dari konflik bersenjata Kolombia sejak tahun 1964. Konflik ini diketahui sebagai tempat pengaplikasian beberapa taktik militer, ditambah taktik nonkonvensional seperti terorisme. FARC terbentuk pada saat Perang Dingin dimana paham Marxisme-Leninisme tumbuh subur dikarenakan mempromosikan agrarisme dan anti imperialisme di dalam manifesto politik. Operasi FARC didanai oleh aktivitas ilegal seperti penculikan, pertambangan ilegal, pungutan liar, dan aktivitas penyalahgunaan narkoba.
Perjuangan FARC masih berlanjut meskipun Gustavo Petro, mantan gerilyawan FARC memenangkan pilpres di Kolombia dan sekaligus menjadi presiden pertama Kolombia dari sayap kiri. Dalam kampanyenya Gustavo Petro mewacanakan akan melakukan perundingan damai dengan FARC dan ELN (El Ejército de Liberación Nacional) yang juga merupakan kelompok haluan Marxisme-Leninisme untuk bersama-sama membangun Kolombia yang lebih baik. ELN tak hanya beroperasi di Kolombia namun juga di Venezuela. ELN lebih berorientasi politik ke Kuba sedangkan FARC lebih mirip dengan local communist.
Di Nepal, kaum kiri dengan perjuta telah berhasil meruntuhkan monarki yang telah mencengkram Nepal selama 204 tahun. Berawal dari perang saudara dikenal dengan nama saśastra dvandvakāla yang berlangsung antara pasukan pemerintahan dan pemberontak Maois yang terjadi dari 1996 sampai 2006. Perang tersebut dilancarkan oleh Partai Komunis Nepal (Maois) pada 13 Februari 1996 yang ingin menggulingkan Kerajaan Nepal dan mendirikan ‘Republik Rakyat Nepal’. Memang pemerintahan monarki akhirnya berhasil dimakzulkan.
Pada 3 Oktober 2017, tiga partai berhaluan kiri yakni Partai Komunis Nepal Marxis-Leninis, Partai Komunis Nepal Maois dan Partai Naya Shakti sepakat bergabung dengan nama Partai Komunis Bersatu untuk melawan Partai Kongres Nepal dan sekutunya. Ternyata sebelum penggabungan tiga partai tersebut telah terjadi pecah kongsi khususnya dalam Partai Komunis Nepal Maois. Tiga tahun sebelumnya seorang pemimpin komunis bernama Netra Bikram Chand yang nama gerilyawannya dikenal dengan nama Biplav keluar dari Partai Komunis Nepal Maois dan memilih bergerilya bersama Partai Komunis Nepal yang didirikannya. Partai Komunis Nepal memiliki kekuatan inti di bagian barat negara itu, terutama Daerah Pembangunan Barat Jauh yang terpencil, yang secara geografis terputus dari wilayah lainnya.
Pada tanggal 5 Maret 2022, antara Pemerintah Nepal dan Partai Komunis Nepal menyepakati perdamaian. Perdana Menteri Khadga Prasad Oli yang juga Ketua Partai Komunis Nepal Marxis-Leninis dan Netra Bikram Chand menandatangani kesepakatan damai. Dengan adanya kesepakatan damai duo comrade ini diharapkan pembangunan Nepal menjadi lebih baik di masa mendatang.
Era disrupsi yang mengandalkan Internet of Thing (IoT) semakin membuat gerakan kiri menjadi menguat terutama dalam penyebaran pemikiran dan propaganda. Penggunaan internet termasuk media sosial menjadi sarana efektif untuk menyebarkan gagasan-gagasan Marx, Engels dan Lenin serta Gramsci. Gerakan Sosial Lama (GSL) yang cenderung rigid dengan acuan ideologi dalam menjalin aliansi dengan pihak lain mulai ditinggalkan oleh penganut Marxis-Leninis.
Aktivis kiri kemudian cenderung berjuang dengan mengadakan aliansi tanpa membeda-bedakan ideologi dengan kekuatan lain dalam mengemukakan isu-isu kemiskinan, feminisme, lingkungan hidup, human traficking hingga perdamaian dunia. Aliansi yang dilakukan aktivis kiri dengan kelompok grass root tersebut dinamakan Gerakan Sosial Baru (GSB). Aliansi ini bertujuan mengemukakan isu ke publik dan menawarkan langkah solutif sehingga menjadi bahan literasi bagi masyarakat. Aliansi ini biasanya tetap konsisten menekan kebijakan rezim yang menyimpang dari harapan publik.
GSB berbeda dengan GSL yang melibatkan wacana ideologis dan lebih meneriakan slogan anti kapitalisme dan perjuangan kelas. Karakteristik GSB sifatnya plural. Isu yang diangkat biasanya berhubungan dengan anti rasisme, anti nuklir, pelucutan senjata, feminisme, lingkungan hidup hingga perdamaian. Tujuan GSB adalah untuk menata relasi negara, masyarakat, perekonomian dan menciptakan ruang publik yang demokratis melalui otonomi, kebebasan individu dan kolektivitas. Konsep GSB dapat didiskusikan dan dikritisi oleh siapa pun baik individu yang terikat dengan aliansi atau di luar aliansi. GSB umumnya bersifat global dan tidak tersegmentasi. Aktor-aktor yang beroperasi dalam GSB bukan karena kepentingan kelasnya tetapi dengan alasan kemanusian.
Sejatinya aliansi ini bertentangan dengan praxis Marxisme tentang perjuangan kelas. Aktivis kiri bukan saja memperjuangkan kelasnya tetapi juga kelompok lain seperti kaum agamis yang bukan penganut paham Marxisme. Secara kasar dapat dikatakan mereka yang meyakini GSB sebagai jalan juang telah menjadi revisionis.
Pandangan lain tentang GSB dapat dilihat dalam perspektif Laclau-Moffe. Ernesto Laclau adalah seorang ahli teori dan filsuf politik Argentina. Dia sering digambarkan sebagai ‘penemu’ teori politik pasca-Marxis. Dia terkenal karena kolaborasinya dengan mitra jangka panjangnya, Chantal Mouffe. Chantal Mouffe adalah seorang ahli teori politik Belgia, sebelumnya mengajar di University of Westminster.
Laclau-Mouffe justru melihat GSB dalam konteks hubungan yang antagonistik dalam masyarakat. Sebagai bentuk perjuangan demokratik baru (new democratic struggle), GSB harus dipahami sebagai bentuk perlawanan terhadap bentuk-bentuk penindasan baru yang muncul dalam masyarakat kapitalisme tahap lanjut (advanced capitalism).
105 Tahun Revolusi Bolshevik tetap menjadi inspirasi kaum Marxis-Leninis. Meskipun awal gerakannya tidak terjadi efek domino di seluruh Eropa. Perjuangan kaum kiri belum sepenuhnya selesai. Diskursus-diskursus paska Gramsci terus dan sedang dikembangkan hingga dapat diterapkan secara praxis. Kaum kiri tetap berjuang melawan hegemoni kapitalis dengan landasan kemanusiaan dan tak lagi dengan pakem pertentangan kelas. Intinya ingin memanusiakan manusia.
Patut direnungkan kembali apa yang disampaikan Che Guevara De La Serna paska penaklukan Havana yang terjadi 63 tahun yang lalu.
Kami berjuang bersama rakyat dan demi rakyat, ketika seseorang melakukan kesalahan dan itu merugikan perjuangan revolusioner, maka eksekusi mati memang harus dilakukan, bukan kami tidak menghargai hak asasi manusia justru kami melindungi hak asasi manusia yang lebih besar.
*Penulis adalah Mantan Aktivis HMI Komisariat Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (1996-1999)