Indonesia, kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia, H. Erick Thohir, B.A., M.B.A., bisa tumbuh karena memiliki empat kekuatan, yaitu hilirisasi sumber daya alam (SDA), ketahanan pangan, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital. Melalui hilirisasi dan industrialisasi, SDA tidak hanya didistribusikan dalam bentuk bahan baku, melainkan diolah terlebih dahulu menjadi berbagai produk turunan. Hilirisasi SDA dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan menjadi bagian dari global supply chain.
Indonesia memiliki potensi pengembangan produk turunan nikel dan bauksit. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia menguasai 52% cadangan nikel di dunia. Potensi produk turunan nikel yang dapat dikembangkan adalah produk baja, baterai, turbinepesawat, dan otomotif. Sementara itu, untuk bauksit, Indonesia memiliki cadangan terbesar ke-6 di dunia atau sekitar 1,2 miliar ton yang bisa dikembangkan menjadi material, alat industri, alat olahraga, hingga furniture.
Hal itu disampaikan Erick kepada mahasiswa UI yang hadir pada acara “BEM UI Trilogy–Career Talk UI, Indonesia Financial Summit, UI Digital Talk”, Senin (28/11), di Balai Serbaguna Purnomo Prawiro, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, Depok. Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., menyambut kedatangan Erick Thohir, B.A., M.B.A.
Menurut Prof. Ari, inisiatif BEM UI untuk bekerja sama dengan Kementerian BUMN ini dapat memberikan dampak yang besar pada karier lulusan UI dan menjadi suatu nilai konkret bagi masyarakat umum. Situasi dunia yang mulai berubah karena adanya pandemi Covid-19, akselerasi penggunaan teknologi, dan perubahan geopolitik mendorong universitas sebagai entitas akademik untuk menghasilkan lulusan yang relevan dan adaptif.
“Hari ini kita beruntung karena satu jendela ke masa depan, ke masyarakat, dibukakan kepada kita dengan kesediaan Menteri BUMN, Bapak Erick Tohir, mengunjungi Kampus UI Depok. Di sini Kementerian BUMN akan memberikan gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di sekeliling kita. Mengutip kata-kata Robert Lucas tahun 1976, pada saatnya nanti masyarakat akan mempunyai forward looking expectation di mana setiap kebijakan harus memperhatikan bagaimana masyarakat bereaksi. Ini diperlukan dalam proses perencanaan yang membutuhkan feed back, sehingga pembuat kebijakan bisa melakukan perbaikan secara terus-menerus,” ujar Prof. Ari.
Erick Thohir dalam kesempatan itu membahas peluang dan tantangan yang dihadapi dalam menumbuhkan ekonomi Indonesia yang setiap tahun tumbuh sebesar 5%. Momentum pertumbuhan ekonomi ini diprediksi hanya bertahan hingga 2045. Hal ini karena pada 2038 piramida penduduk Indonesia mulai terbalik. Anak muda yang saat ini berusia di bawah 35 tahun pada 2038 telah melewati usia produktif.
“Indonesia harus mempunyai ekosistem atau road map sendiri. Apalagi middle class Indonesia akan berjumlah 145 juta dan terus tumbuh. Ini artinya peluang market semakin luas dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang tepat akan menumbuhkan ekonomi dan membuka lapangan kerja. Di era knowledge based economy ini, yaitu era ketika pertumbuhan ekonomi didasarkan pada kemampuan berinovasi, yang terpenting bukanlah SDA dan market, melainkan sumber daya manusia (SDM),” kata Erick.
Dalam hal ketahanan energi nasional, Indonesia dapat memanfaatkan bioethanol yang dihasilkan dari pengolahan gula sebagai bahan campuran BBM. Potensi produksi ethanol ini tentu dapat mengurangi impor BBM. Indonesia juga dapat mengembangkan produk turunan kelapa sawit mengingat Indonesia merupakan produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia, yaitu 46 juta ton/tahun. Produk turunan kelapa sawit yang dapat hasilkan adalah minyak goreng, kosmetik, bahan campuran makanan, dan energi nabati.
Selain hilirisasi SDA dan ketahanan energi, peran sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga diproyeksikan terus meningkat dengan optimasi potensi dalam negeri. Indonesia memiliki potensi geografis dan keragaman budaya yang tidak dimiliki semua negara. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB diproyeksikan terus meningkat pasca pandemi Covid-19, yaitu dari 4,3% pada 2022 meningkat hingga 10–12% pada 2032. Selain itu, subsektor ekonomi kreatif lainnya juga turut menopang perekonomian Indonesia, seperti film, kuliner, fashion, dan kriya.
“Kita perlu memanfaatkan potensi Ekonomi Digital Indonesia (EDI). Apalagi Indonesia merupakan negara dengan jumlah startup terbanyak ke-6 di dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang pesat-pesatnya mungkin tidak terulang dua kali. Generasi muda yang penuh energi dengan ide baru harus mengambil kesempatan ini untuk berkarya, berinovasi, dan mendunia. Jadilah bagian yang mengantarkan Indonesia menjadi maju, makmur, dan mendunia,” ujar Erick.
Dalam rangkaian acara tersebut, turut hadir Ketua Majelis Wali Amanat UI, Saleh Husin, S.E., M.Si.; Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris; Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Drs. Semiarto Aji Purwanto, M.Si.; dan Direktur Kemahasiswaan, Dr. Badrul Munir, S.T., M.Eng. Selain pemaparan dari Menteri BUMN, dalam acara tersebut juga diadakan diskusi panel bertajuk “Endless Ideas for the Future” yang menghadirkan narasumber dari berbagai BUMN, antara lain MIND ID, Indonesia Financial Group, Bank Mandiri, PT Telkom Indonesia, dan PT Pertamina Power. Dalam diskusi tersebut dipaparkan hal-hal yang harus dipersiapkan oleh para lulusan UI untuk dapat berkarya dan mengembangkan diri di dunia kerja.