.
Alangkah baiknya jika kita memulai pengembaraan kita dari sesuatu yang sangat dekat untuk menjangkau semesta tak terbatas yang sedang menunggu kita. Hal terdekat itu adalah diri kita sendiri. Car Sagan seorang Kosmolog di tahun memberikan ilustrasi yang menarik soal ini ;
.
Nitrogen dalam DNA kita, kalsium dalam gigi kita, besi dalam darah kita, karbon dalam pai apel kita dibuat di bagian dalam bintang yang runtuh. Kita terbuat dari bahan bintang
.
Saat kita menghela nafas terdapat sekitar 10^19 atom dalam satu proses sirkulasi pernafasan kita dan sekitar 6.5 oktiliun atom yang menyusun struktur tubuh kita. Sebuah bilangan yang diikuti dengan 0 dalam jumlah yang tida biasa. Kita bisa membandingkannya dengan sesuatu yang lebih besar dari hanya sekedar nafas dan tubuh kita untuk memahami sejauh apa skala yang kita miliki dibandingkan dengan alam semesta yang mungkin tidak terbatas ini.
.
Planet kita, seperti yang banyak disinggung oleh para kosmolog seperti debu yang terombang ambing di lautan kosmik yang luas ternyata menghimpun 1,3 x 10^50 atom atau sekitar 1300 Quindesilun atom. Lagi-lagi 0 dalam jumlah yang tidak biasa. Lalu kita melihat jauh ketapal batas alam semesta yang dapat kita observasi. Di sini termasuk kita adalah himpunan dari 10^78 – 10^82 Atom yang pernah ada di alam semesta.
.
Di jagat raya yang luas ini, kita bahkan tidak dapat disebut sebagian noktah kecil. Atom-atom yang menyusun tubuh kita berasal dari bintang-bintang yang luruh seperti kata Carl Sagan di atas. Setidaknya kita bisa mengasumsikan telah melihat masa depan Galaksi-galaksi yang beredar tanpa henti tepat saat kita bercermin pagi hari. Namun kita belum tentu mengetahui masa lalunya demikian juga masa depan kita. Ada ruang kosong yang perlu kita jahit dengan segenap upaya
.
Kita lenyap sama sekali di hadapan jagat raya tak berhingga. Kita menjadi kecil ketika kita memisahkan diri dari himpunan Alam semesta. Memilih menjadi unik dengan seluruh narasi kemulian yang didengungkan berabad-abad lamanya. Menjauhi skala besar yang menopang dasar kehidupan kita. (bersambung)
*Penulis adalah Dosen UIN FAS Bengkulu dan aktif sebagai peneliti PUSKAPP.