Oleh: Mikhail Adam*
Transisi energi bersih memiliki istilah yang rumit. Sulit dipahami masyarakat awam. Seperti istilah Nationally Determined Contribution (NDC), Net Zero Emissions (NZE), Just Energy Transition Partnership (JETP), dan istilah pelik lainnya.
Di sisi lain, ambang batas suhu global makin tahun mengalami kenaikan. Program Copernicus Uni Eropa merilis tahun 2023 suhu bumi lebih hangat 1,48 derajat celcius dibandingkan dengan tahun 1850-1900.
Selain itu, turut dipaparkan hampir 50% hari pada tahun 2023, suhu bumi melebihi ambang batas 1,5 derajat celcius. Atau melebihi angka tahun 2016 yang disebut rekor tahun terpanas dengan sekitar 20% hari melebihi ambang batas 1,5 derajat celcius.
Perjanjian Paris yang disepakati oleh 195 negara pada tahun 2015, sebagai komitmen iklim global menetapkan 1,5 derajat celcius sebagai ambang batas. Sebuah tindakan global untuk aksi iklim bersama, kendati masih kesulitan menahan laju kenaikan suhu bumi akibat industri ekstraktif.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres turut mewanti-wanti terkait kondisi iklim. Ia mengatakan, “Era pemanasan global telah berakhir, kini kita menghadapi era pendidihan global. Perubahan iklim ini menakutkan, padahal baru permulaan.”
Istilah transisi energi bersih yang rumit dan berpacu dengan waktu untuk aksi iklim global. Kolaborasi dan sinergi multipihak menjadi kunci agar aksi iklim global dan transisi energi bersih dapat terejawantahkan dengan baik.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>