Oleh: Wiliana*

Hari ketika gencatan senjata terjadi, saya menangis sepanjang hari, mengingat kembali apa yang telah terjadi dalam 15 bulan terakhir sejak Oktober 2023 dan bahkan melampauinya, sejak Nakba pada tahun 1948.
Perjuangan Palestina adalah masalah yang sangat dekat di hati saya. Berasal dari keluarga Tionghoa, beragama Buddha, dan pernah bersekolah di sekolah Kristen selama 12 tahun wajib belajar, saya baru mengenal Palestina saat saya duduk di Sekolah Menengah Atas.
Saya masih ingat pertama kali saya belajar tentang Palestina, saat remaja, saya memeras otak, berpikir: Bagaimana mungkin dunia bisa menerima kebrutalan, kekerasan, dan ketidakmanusiawian yang begitu mencolok terhadap orang Palestina? Mengapa tidak ada yang berbicara tentang pendudukan Palestina, memperjuangkan kebebasan Palestina?
Saat itu, saya tidak memiliki pengetahuan, teori, kerangka kerja, atau kosakata untuk memahami apa yang sedang terjadi di Palestina atau alasan mengapa hal itu terjadi. Namun, jauh di lubuk hati saya yang berusia 15 tahun, saya tahu satu hal: bahwa ini salah.
Sejak saya mengetahui tentang Palestina, saya menjadi terobsesi untuk belajar sebanyak mungkin tentang pendudukan, sejarah, dan segala hal yang berhubungan dengan Palestina. Saya mencari jawaban mengapa orang Palestina diusir dari tanah mereka dan didiskriminasi di tanah mereka sendiri. Saya mengakses internet, ke perpustakaan, berbicara dengan orang-orang tentang hal itu, mengajukan pertanyaan di Google dan seterusnya. Jalan ini akhirnya membawa saya ke Marxisme dan pemahaman tentang kolonialisme pemukim, imperialisme, dan hegemoni barat.
Saya jadi memahami alasan mengapa Palestina menjadi sasaran kekuatan imperialis dan mengapa orang Palestina sangat menderita akibat keserakahan dan kekerasan imperialis. Palestina memberi tahu saya tentang pentingnya berprinsip dalam hidup oleh Thawabet dan bagaimana Gaza secara efektif menjadi Stalingrad saat ini dalam perlawanan terhadap Nazi Zionis.
Itu membuka mata saya terhadap geopolitik dan bagaimana kekaisaran barat menjarah negara lain dan menabur perselisihan di banyak tempat di seluruh dunia untuk keuntungan egois mereka sendiri.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>







Tulisanmu mulai beredar di banyak jaringan kawan Williana. Dengan berbagai latar belakang agama dan disiplin.
Dia telah jadi peluru, menembus kalbu!
Sesungguhnya engkaulah yang lebih pantas menjadi permatanya orang-orang suci.
Cahayamu menyilaukan semua yang mengaku paling beriman.
Dalam tenang, suaramu menggelegar, membuat malu mereka yang koar-koar.
Gaza adalah peruntuh kesombongan Zionis yang di balut oleh Kolonialisme dan Imperialisme yang tersisa di abad ini, bagaimana gambaran kekuatan perlawanan rakyat untuk mempertahankan tanah airnya, dan sebenarnya karakteristik perlawanan nya itu sama yang pernah kita miliki dulu saat berjuang memperoleh kemerdekaan, kita juga sama punya semboyan ” Merdeka atau Mati!!! “
Hidup Gaza, merdeka palestina
Bagus sekali.
Kalau boleh usul: (1) tambah sedikit kalimat yg menjelaskan apa itu “Stalingrad” dan mengapa Gaza setara dengan Stalingrad. (2) kata “saya” agar tidak terlalu diulang-ulang (sebuah tantangan)
Bagai stalingrad di musim dingin, gaza dikepung bukan hanya oleh senjata, namun juga sunyi dunia yang pura2 buta dan tuli. Bangunan roboh, langit berselimut asap, namun dari puing2 itu tumbuhkan keberanian yang tidak bisa diredam. Tanpa alas kaki anak2 berlari, buka menghindari kematian, tp menjemput masa depan eksistensi bangsanya. Gaza tak akan runtuh karena keteguhan rakyat dan kami yang membersamainya. Ini adalah perlawanan yang hanya akan diakhiri dengan HANCURNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME dari muka bumi..
InsyaAllah…
Semoga Palestine segera mendapatkannya
Cepat atau lambat kemenangan yg dijanjikan Allah akan datang pada mereka
Tetap jalankan support yg bisa kita lakukan untuk mereka selagi kita mampu , selalu selipkan doa untuk mereka ✊FREE
PALESTINE PANJANG UMUR PERJUANGAN✊
Segera mendapatkan hak merdeka
Kemanusiaan harus berevolusi dan menjadikan isu Palestina sebagai induk revolusi kemanusiaan dunia..✌️
Berempati dan menyuarakan peristiwa kemanusiaan di Gaza Palestina sama dengan menghidupkan jiwa insani kita.
Hanya insan berjiwa merdeka yang terpanggil untuk bertindak berani bersuara dan bertindak manakala kezaliman terpampang di hadapan mata dunia.
Salam bagi semua jiwa-jiwa merdeka.
Tulisan ini tentang genosida di Palestina. Rakyat Palestina banyak yang menderita akibat penjajahan Israel.
Palestina adalah pembeda mana yang hak dan mana yang bathil
Tulisan yg mengetuk kesadaran kemanusiaan kita. Penulis berhasil keluar dari kabut keyakinan yg sering diciptakan pembajak agama. Saya sendiri ragu, jika saya terlahir di keluarga dengan keyakinan yang sama dengan penulis, apakah saya bisa lolos dari kabut itu, dan memiliki kesimpulan yg sama dengan penulis. Terimakasih sudah mendonorkan semangat juang, agar perjuangan terus hidup.
Gaza adalah Stalingard, gaza adalah benteng terakhir rasa kemanusiaan. Jika gaza kalah, bisa dibilang manusia kehilangan kemanusiaannya.
Palestine is a Stalingrad. Apabila Palestine runtuh, tidak seperti Stalingrad, kemanusiaan akan kalah, Greater israel akan menang. Untuk itu, Palestine adalah satu-satunya garda terdepan kemanusiaan
Stalingrad tidak akan terwujud kalau negara-bangsa memberikan hukuman buat Israel dan Amerika Serikat. Salah satu caranya ialah membesarkan BRICS
Tulisan ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak kemanusiaan dari konflik bersenjata dan pentingnya solidaritas internasional dalam menghadapi ketidakadilan. Dengan gaya penulisan yang menggugah, tulisan ini berhasil menyampaikan pesan bahwa perjuangan di Gaza bukan hanya tentang wilayah, tetapi juga tentang mempertahankan martabat dan hak asasi manusia
Jika Gaza adalah Stalingrad bagi penulis, maka 7 Oktober bagaikan Serangan Umum 1 Maret 1949, di mana pejuang Indonesia menyatakan eksistensi pada dunia bahwa perjuangan kemerdekaan masih ada. Peristiwa 7 Oktober 2023 adalah pernyataan eksistensi perjuangan kemerdekaan Palestina ke mata dunia.
Palestina adalah sekolah utk kita belajar kuat,tabah,gigih,kukuh dan teguh tdk takut …mata dunia tertutup & hati2 para durjana telah mati ,pencinta dunia tidak peduli dgn kebrutalan penjajah..mari kita bersama memutus kolonial ini…
Tulisan keren menjelaskan apa yang terjadi di Palestina dengan gamblang, di mana bahkan orang tua memungut mayat anaknya pakai kantong plastik. Juga perjuangan penulis untuk tahu apa yang terjadi di Palestina. Menggugah jiwa kemanusiaan pembaca.
Tulisan ini menunjukkan perjalanan emosional dan intelektual yang kuat dalam memahami penderitaan Palestina dan kaitannya dengan kekuatan global. Refleksi seperti ini penting karena menunjukkan bagaimana ketidakadilan bisa membuka kesadaran politik dan memperluas wawasan tentang sejarah, imperialisme, dan solidaritas.
Free Palestine
Kebathilan itu sesuatu yang pasti akan hancur dari arah manapun itu datangnya. Cepat atau lambat kebathilan/ kezaliman itu pasti akan dikalahkan oleh kebenaran dan keadilan. Jika tidak menang di dunia pun, insya Allah akan menag di akhirat. Palestina pasti akan menang cepat atau lambat. Insya Allah Palestina akan segera merdeka
Semangat mesti terus digelorakan. Itulah senjata terbaik bagi mereka yang tertindas.Cepat atau lambat kemerdekaan akan diraihnya. Palestina akan berjaya sebentar lagi. Perjuangan itu berat namun itulah pilihan terbaik. Tidak ada kata menyerah apalagi menerima penindasan zionis.
Memandang Palestina haruslah dengan kesadaran diri yang kompherensif. kesadaran bukan sesuatu yang diberikan, kesadaran bukan privillage orang pintar, kesadaran bukan barang yang bisa dibeli oleh orang kaya. tetapi kesadaran adalah hal yang kita tumbuhkan, kita rawat, dan kita perjuangkan.
Sepakat. Gaza adalah wilayah pertaruhan atas kebajikan dan kejahatan. Kejahatan yg dibangun bertahun2 atas nama kolonialisme oleh negara penguasa dunia. Gaza Palestina menuntut kita utk menebus kesalahan bertahun2 tersebut melalui perjuangan kemerdekaan Palestina. Mari bersatu kawan.
Betapa perjuangan yang sangat keras oleh semua Pejuang di Gaza. Perjuangan yang pastinya didasari oleh kuatnya iman kepada Allah. Tak mengapa mati ditanah sendiri, daripada harus meninggalkan tanah yang sudah diberkahi. Terus kobarkan semangat kita dalam membela Palestina. Tak mengapa dianggap ikut ikutan oleh mereka. Lebih baik dianggap ikut ikutan dalam membela, daripada hanya diam saat melihat gempuran si biadab zionis Israel kepada Palestina
Dan aku pun baru sadar yang terjadi di Palestina bukanlah tentang agama ini adalah tentang manusia yang mempertahankan tanahnya, 7 Oktober adalah perlawanan Palestina yg sudah memuncak mereka tidak diam dengan kolonialisme yg terjadi di tanah mereka. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
Semoga perjuangan yg dilakukan oleh pihak Gaza memberikan hasil yg maksimal sehingga masyarakatnya dapat merasakan kembali hidup yg tenang, aman dan sejahtera seperti kehidupan yg selama ini dirindukan olehnya…
Tulisan ini membuka mata siapa saja bahwa tragedi Gaza adalah tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah. Yang bukan hanya dipedulikan oleh sekelompok orang, bangsa, maupun agama. Tetapi oleh setiap hati yang mau peduli.
Konflik Palestina memang bukan masalah agama, tetapi masalah kemanusiaan. Poros perlawanan semakin kuat mendapat pendukung dari berbagai agama dan bangsa, sementara Zionis semakin lemah. Kemenangan untuk Poros perlawanan semakin dekat.
palestina adalah simbol identitas keadilan dan kezaliman jika tidak ada palestina keadilan pun tidak ada
Tulisan yg menginspirasi
Membangkitkan dan menggetarkan kembali batin kita untuk lebih semangat berjuang membela Palestina
Lewat tulisan ni akhirnya sayapun tersadar bahwa untuk ikut berpartisipasi harus belajar sejarah dan harus memperbanyak pengetahuan.
Palestina harus merdeka dan itu tujuan kita
Melalui tulisan ini mengajarkan kita bahwa memperjuangkan kemerdekaan Palestina adalah tugas kita bersama sebagai manusia tanpa melihat perbedaan agama, ras, suku bangsa, negara dan warna kulit dan perbedaan lainnya. Perjuangan orang-orang Palestina mengajarkan pada kita untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Memegang teguh keimanan, keyakinan bahwa suatu saat kolonialisme, imperialisme dan hegemoni barat akan musnah. Semangat berjuang, semangat melawan!!!
Tanggal 7 Oktober 2023 telah membuka banyak mata apa yg sebenarnya yg terjadi di palestina .
Yg selama ini mata kita telah ditutup oleh berita berita dari barat, seakan akan palestina baik Baik saja,tapi tidak Palestina terus berjuang untuk kemerdekaan nya sejak dulu
Terus berjuang palestina kami akan selalu bersama mu
Palestina menurut saya adalah contoh yang sangat gamblang tentang penindasan dan keburukan nilai nilai kemanusian yg dianut oleh rezin, maka perang ini harus benar-benar terakhir dimuka bumi, perlawanan ini harus terus menggelora di seluruh benak kita sebagai manusia, Palestina harus merdeka, krn kemerdekaan sesungguhnya ketika Palestina telah bebas dan merdeka
Kemerdekaan bagi Palestina adalah janji Tuhan. Keyakinan inilah yang merekahkan senyum di bibir para martir, dan meneguhkan jiwa-jiwa yang tersisa di tanah Al-Quds.. Free Palestine!!!
Salut dengan penulis yang masih berusia 15 tahun telah memiliki empati yang tinggi terhadap penderitaan saudaranya yang nun jauh dibelahan dunia sana. Semoga ini mengispirasi bagi yang lainnya.
Masyarakat gaza adalah simbol sebuah perjuangan, kesabaran, keteguhan, yang tidak bisa menyerah dengan kejamnya kolonialisme global , mereka tetap teguh mempertahankan existensinya yang merupakan anugerah tuhan yang wajib di syukuri.
Zionis Israel penjajah adalah kaki tangan imperialis sekaligus tameng dalam merampas dan menguasai dunia, tapi Gaza yang akan membuktikan kehancuran zionis dan imperialis
Tadi saya membaca puisi isinya : “Mereka yang membatasi ruang kemanusiaan dengan batas-batas negara. sesungguhnya belum mengerti arti kemanusiaan.
Setelah membaca artikel dari Mbak Wiliana, saya memberi komentar ternyata mengerti ati kemanusiaan tidak dibatasi oleh agama.
Tak terbayang seorang yang berbeda keyakinan pernah menuliskan pandangannya terhadap peristiwa yang terjadi di Palestina, sementara tidak sedikit orang yang satu keyakinan abai dan seolah tak perduli tehadap peristiwa Gaza. Hampir separuh warga di beberapa negara di dunia memandang peristiwa Gaza adalah hal yang biasa, sejarah yang berulang untuk sebuah negara yang baru. Tapi, apakah demikian kejadiannya? tulisan dari seseorang yang berbeda keyakinan ini memberikan jawaban walaupun tidak secara utuh tapi sangat cukup memberikan kesadaran baru. Terus tumbuh semangat perlawanan dan dukung penuh perjuangan Palestina.
Your comment is awaiting moderation
Bagai stalingrad di musim dingin, gaza dikepung bukan hanya oleh senjata, namun juga sunyi dunia yang pura2 buta dan tuli. Bangunan roboh, langit berselimut asap, namun dari puing2 itu tumbuhkan keberanian yang tidak bisa diredam. Tanpa alas kaki anak2 berlari, buka menghindari kematian, tp menjemput masa depan eksistensi bangsanya. Gaza tak akan runtuh karena keteguhan rakyat dan kami yang membersamainya. Ini adalah perlawanan yang hanya akan diakhiri dengan HANCURNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME dari muka bumi..
InsyaAllah…
Gaza bukan lagi perang antar Palestina dan Israel, tapi ia adalah simbol perlawanan terhadap neokolonialisme. Gaza bukan hanya berbicara tentang Palestina, tapi ia adalah aktualisasi nilai-nilai kemanusiaan tanpa melihat agama, etnik, ras, negara, laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin. Berbuatlah untuk perjuangan ini, apapun yang bisa kita lakukan karena “Bersama Kita Bisa, Bersama Kita Bisa” Free Palestina
Saya rasa Palestina adalah semacam kisah yang cepat atau lambat menemukan jalannya ke hati orang-orang entah outputnya menjadi pembela yang terjajah atau malah mengubah seseorang menjadi “penjajah baru”. Hidup muqawamah.
Kehidupan di dunia ini hanya sebentar dibandingkan di akhirat. Alhamdulillah bangsa Palestina di karuniai kesabaran dalam menjalani ketertindasan yang sebentar ini di dunia ini. Semoga Palestina segera merdeka
Penderitaan rakyat Palestina bukanlah menyentuh satu agama , suku atau golongan apapun. Penderitaan kemanusiaan yang terjadi di Palestina benar-benar menyentuh sisi kemanusiaan manusia yang masih memiliki nurani kemanusiaan. Apapun agama , suku , golongan dan perbedaan lainnya tidak menjadi penghalang untuk ikut membela kaum Mustadhafin rakyat Palestina…
Palestina Merdeka…
Free Palestine we stand or Palestine!!
we stand for Palestine!
smoga seruan ini menjadi pengingat bahwa harapan dan perjuangan belum padam. Dan semoga kita benar-benar menyaksikan Palestina yang merdeka dalam masa hidup kita. Aamiin
Hidup Gaza
Jayalah Palestina
“Gaza adalah Stalingrad” adalah ungkapan metaforis yang menggambarkan situasi Gaza sebagai penderitaan ekstrem, ketahanan di tengah kehancuran, dan ketimpangan kekuatan militer.
Setiap kali membaca berita Gaza selalu identik dengan konflik berdarah dan orang-orang yang mati mengenaskan. Padahal Gaza adalah wilayah yang multikultural, terdapat warisan sejarah Timur Tengah, dan tokoh-tokoh perdamaian, serta makanan yang khas. Hal ini dirusak oleh kepentingan politik, akhirnya merusak image / branding daripada Gaza itu sendiri. Oleh sebab itu, segera menghentikan perang di Gaza dan pemenuhan hak-hak asasi manusia, sehingga image branding Gaza dapat positif kembali seperti terakhir disebutkan ‘Gaza wilayah damai’ pada sebuah literatur tahun 1917.
Free free Palestine
Perlawanan rakyat Gaza bukan sekadar konflik biasa, tapi simbol keberanian dan keteguhan melawan kekuatan penjajah yang jauh lebih besar. Seperti Stalingrad dulu menjadi titik balik sejarah, semoga Gaza juga menjadi titik kebangkitan menuju keadilan dan kemerdekaan
Isu Palestina harus dilihat sebagai isu kemanusiaan, bukan semata-mata konflik agama atau etnis. Solidaritas lintas batas sangat penting, terutama di era di mana informasi mudah dimanipulasi dan narasi sempit sering mendominasi. Pendidikan dan pengetahuan sejarah sangat vital agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan bisa melihat akar masalah secara objektif.
Tulisan ini sangat menyentuh hati, dimana artikel ini sangat erat hubungannya dengan Kemanusiaan yang benar-benar memanusiakan manusia.
#FeeePalestine
Perbandingan Gaza dengan Stalingrad mengaburkan konteks sejarah dan manusiawi—dengan risiko menyederhanakan tragedi unik Gaza. Mari jaga narasi dari simbolik berlebihan yang bisa melemahkan fokus pada solusi nyata: gencatan senjata, akses kemanusiaan, dan pemulihan warga sipil yang terdampak parah.
Saya rasa Palestina adalah semacam kisah yang cepat atau lambat menemukan jalannya ke hati orang-orang entah outputnya menjadi pembela yang terjajah atau malah mengubah seseorang menjadi “penjajah baru”. Hidup muqawamah.
Rasa kemanusiaan tidak memandang agama, suku dan darimana asal seseorang, maka dari itu marilah kita semua untuk tergerak hati berjuang untuk memerdekakan saudara saudari kita yang tertindas dipalestina walau sebatas untaian kata dalam do’a sebagai bukti kita berbuat.
Perbandingan antara Gaza dan Stalingrad mencerminkan kekhawatiran global tentang dampak kemanusiaan dari konflik ini. Meskipun ada perbedaan dalam konteks sejarah dan kondisi medan perang, analogi ini menyoroti kesamaan dalam hal kehancuran kota, penderitaan warga sipil, dan tantangan dalam mencapai perdamaian.
Free Palestina
Penjajahan di atas dunia perlu dihapuskan. Menulis adalah senjata peradaban. Semoga seluruh dunia paham dan mengerti dan bersatu dalam gerakan mendukung kemerdekaan Palestina. Bismillah izinkanlah Palestina merdeka. Amin
rasa kemanusiaan harus saling menjaga terutama dalam keadaan sekarang karena Palestina membutuhkan bantuan dari kita semua,
rasa kemanusiaan harus saling menjaga terutama dalam keadaan sekarang karena Palestina membutuhkan bantuan dari kita semua,
FREE PALESTINEE
Gaza—khususnya Jabalia—dibandingkan dengan Stalingrad bukan tanpa alasan: ini medan perang brutal yang diperjuangkan warga sipil hingga titik darah penghabisan. Kehancuran, pengepungan, dan penderitaan mereka mencerminkan keteguhan luar biasa melawan penindasan yang terstruktur. Ini bukan sekadar konflik, tapi kemenangan semangat di tengah reruntuhan!
Semoga palestina segera mendapatkan kemenangan
Tulisan ini menunjukkan perjalanan emosional dan intelektual yang kuat dalam memahami penderitaan Palestina dan kaitannya dengan kekuatan global. Refleksi seperti ini penting karena menunjukkan bagaimana ketidakadilan bisa membuka kesadaran politik dan memperluas wawasan tentang sejarah, imperialisme, dan solidaritas.