
Krisis Mendalam Hukum dan Tatanan Internasional
Pada panel yang dimoderatori oleh Shaun Matsheza ini, Francesca Albanese, Omar Barghouti, dan Angélique Eijpe menganalisis tindakan Israel di Gaza sebagai krisis mendalam bagi hukum dan tatanan internasional.
Mereka membahas langkah-langkah praktis, hukum, dan politik untuk mengatasi situasi tersebut, menekankan kewajiban negara, perusahaan, institusi, dan individu.
Para pembicara menguraikan langkah-langkah menuju akuntabilitas dan pembebasan Palestina.
Francesca Albanese adalah pembicara pertama yang tampil di panggung. Ia langsung berbicara tentang realitas suram yang ia lihat dalam posisinya sebagai pelapor PBB.
Ia memulai pidatonya dengan menyebutkan bahwa “Api belum padam”. Ia menyebutkan bahwa Hukum Humaniter dan Internasional adalah sesuatu yang tidak ada bagi rakyat Palestina dan bagaimana Kekuatan Politik dan Ekonomi telah mengalahkan Pemberdayaan dan Keadilan.
Ia menyebut Media sebagai bagian dari kekuatan ini, yang juga menggunakan kebijaksanaannya untuk tidak melihat ketika warga sipil dibantai.
Francesca menyebutkan bahwa ia sadar ada anak-anak di ruangan itu dan mereka seharusnya tidak mengetahui pelanggaran yang ia lihat, yang kemudian ia ceritakan tentang “Bayi yang digantung di dinding” dan hal-hal paling tidak manusiawi yang tidak terbayangkan yang ia saksikan.
Francesca memberitahu audiens bagaimana perwakilan negara telah memberitahunya bahwa “Tidak mungkin bagi negara tersebut untuk melepaskan diri dari peralatan militer Israel, karena segala sesuatunya telah terintegrasi dengan baik”.
“Genosida dan pembersihan etnis terhadap rakyat tidak hanya terjadi sejak baru-baru ini, tetapi sejak pendudukan Israel dimulai sebelum Nakba,” tegasnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, Rakyat Palestina yang memiliki ketahanan kuat dan identitas yang kuat, harus memiliki kondisi untuk menyembuhkan dan itu tidak mudah. 5000 anak mengalami disfungsi kognitif permanen dan 41% warga Gaza merawat anak-anak yang bukan anak mereka sendiri. Menargetkan tenaga medis, penyiksaan yang mengejutkan. Warga Palestina yang ditahan dan disiksa sejak lama. Memiliki waktu untuk putus asa berarti memiliki banyak hak istimewa.
Ia menyebutkan pentingnya menghubungi otoritas terkait dan memastikan mereka memahami topik ini, jika bukan perwakilan nasional maka melalui pemerintah daerah dan perwakilan lokal.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






