Oleh: Agung Suhabi Putra*
Peristiwa ‘Nakba’ dari Bahasa Arab yang berarti ‘bencana’ merupakan tragedi eksodus bangsa Arab-Palestina yang telah lama mendiami tanah Palestina berbondong-bondong meninggalkan negerinya akibat okupasi zionis pada tahun 1948. Kejadian tersebut amat memilukan melihat perampasan tanah dan ekspansi besar-besaran zionis untuk membuat sebuah negara bernama Israel.
Eksistensi pendirian negara Israel tidak sepenuhnya mendapatkan pengakuan dari masyarakat internasional, banyak penolakan dan pertentangan. Negara-negara yang mengitari wilayah Palestina seperti Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania awalnya menentang kehadiran negara Israel yang berujung perang Arab-Israel. Dampak dari peperangan yang dimenangkan Israel tersebut, wilayah yang dicaplok Israel semakin luas.
Kondisi Bangsa Arab-Palestina pasca perang sangat memprihatinkan, terkhusus yang berada di Kota Yerussalem. Aneksasi wilayah Yerussalem sebagai bagian dari negara Israel memberi kerumitan dan kebimbangan masyarakat Arab-Palestina untuk memilih kewarganegaraannya.
Pasalnya, memperjuangkan dan mempertahankan status wilayah adat secara turun temurun perlahan terkikis dengan pandangan pragmatis untuk melanjutkan kehidupan dengan mendapatkan status kewarganegaraan dalam mengakses berbagai pelayanan publik seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
Bayangkan saja, menjadi bagian daripada warga negara yang selama ini menjadi musuh baginya. Kini terpaksa untuk menelan ludah dengan mengucapkan sumpah loyalitas. Lantas bagaimana nasib warga Arab-Palestina usai dinaturalisasi?
Warga Arab-Palestina di Israel Tidak Memiliki Kebebasan Berekspresi
Bersambung ke halaman selanjutnya –>
Negara-negara dunia tunduk pada kebijakan PBB tapi tidak dengan penjajah Israel..
Yang selalu melanggar kebijakan.. tanpa ada tindakan (hukuman )dari PBB..
PBB = Pembual besar-besaran