Oleh: Dwi Wahyu*

Pagi di bulan November 2024, awan kelabu mewarnai cakrawala. Seperti biasa, saya menyalakan laptop dan membaca beberapa surel yang masuk. Belum habis menelaah pesan dalam inbox, tetiba di pojok kiri laptop masuk notif website berita dari salah satu surat kabar yang beroplah besar di jaman orde baru.
Sejenak mata tertuju ke website yang sepersekian detik, telah mencuri mata dan perasaan karena judulnya yang mengusik. ”Karena Teroris Hamas, Anak-Anak Gaza Menederita.” Terpampang dengan huruf tebal di atas gambar. Jelas terlihat beberapa balita tergeletak di sekitar reruntuhan bangunan. Bak perang dalam film-film hollywood.
Tak susah mengindentifikasi tempat kejadian tersebut karena di pojok bawah gambar berita tertulis jalan Al-Rasheed Gaza. Salah satu daerah kantung di palestina. Terbaca di plang petunjuk jalan yang miring hampir terlepas.
Sekian banyak bangunan porak poranda hancur tak berbentuk hampir rata dengan tanah. Bertubi-tubi serangan zionis menyasar warga sipil gaza. Perang tak seimbang antara Pejuang Palestina dan penjajah.
Masih memandangi foto dalam berita tersebut, seolah larut merasakan detik-detik serangan mencekam. Diawali dengan raungan pesawat tempur keluaran terbaru. Konon katanya mempunyai kemampuan siluman. Serangannya entah tepat sasaran atau hanya acak.
Belum hilang kaget dengan raungan pesawat yang memekakkan telinga, terdengar dentuman yang dapat menghentikan jantung pasca dijatuhkannya bom berton-ton. Hingga menimbulkan cendawan raksasa berwarna jingga. Perlahan naik ke udara menyisakan penampakan yang sangat memilukan.
Alih alih yang diabadikan dalam foto berita tersebut korban para pejuang Palestina, melainkan anak-anak dengan hampir keseluruhannya tergeletak dengan tubuh yang nyaris berwarna sama. Ya, warna yang sama. Abu-abu! Karena seluruhnya tertimbun debu reruntuhan bangunan.
Masih dalam lamunan menatap gambar dalam berita. Semakin dalam! Seakan larut terbawa menembus ruang dan waktu. Ikut merasakan kepanikan yang terdampak oleh bom-bom yang dijatuhkan.
Kesunyian untuk beberapa waktu pecah dengan hiruk pikuk, teriakan, rintihan, tangisan, takbir, seiring asap keabu-abuan. Serasa ada aroma mesiu tajam, perlahan naik ke permukaan disapu udara khas daerah pesisir.
Bapak mencari anak, anak mencari bapak, ibu mencari anak, anak mencari ibu, kakak mencari adik, adik mecari kakak, nenek dicari, kakek dicari, saya mencari saya..!? Ya! Saya mencari diri saya sendiri. Di manakah saya? Di manakah saya saat anak-anak itu membutuhkan pertolongan?!
Apa yang sudah saya lakukan untuk mereka? Bukankah diajarkan mendahulukan orang orang yang teraniaya. Pikiran berkecamuk. Hingga, saya dikagetkan dengan jatuhnya tutup gelas. Tak sengaja tersenggol tangan yang meremas gelas terbawa gundah. Serasa tak berarti diri ini.
Saat mengambil tutup gelas yang jatuh, dalam hati terpatri janji. Walau tragedi kemanusiaan terjadi ribuan mil jaraknya, akan kujadikan wasilah jalan pulang. Atas izin Sang Empunya wasilah. Bismillah!
*Penulis adalah anggota FPN (Free Palestine Network)







Di ujung malam
Kutemukan kawan
Tak lagi sendirian
Meniti jalan pulang
Hanya setitik yg bisa kita lakukan, tapi tak ada garis panjang tanpa titik-titik. GBU.
Melihat kenyataan pembantaian terjadi di depan mata meski hanya lewat gawai, tetapi kenapa saya merasa gak berguna sekali menjadi seorang manusia yang mengklaim masih punya nurani?? Dimana nurani kemanusiaan saya sekarang?? Apa yang bisa saya lakukan agar mampu membantu meredakan derita mereka?? Apa menunggu kelak kematian menjemput saya dengan cara yang sama?? Astaghfirullah
Apakah anda setuju dengan pernyataan karena teroris Hamas anak anak Gaza menderita? Kirain mau mengupas judul tulisan itu…
Panjang umur Palestina
Panjang umur Perlawanan.. Merdeka Palestina…
Tulisannya sangat enak dibaca, dan dgn bahasa jiwa yg ikut terluka, memberikan gambaran kpd kita tentang derita Palestina yg menjadi korban pemusnahan, pembunuhan, penghancuran dan genosida oleh zionesme Israel atas ijin setan besar Amerika. Benar kata bu dina kita sudah logika terbalik. Alih menyalah pelaku pemerkosaan, malah korbannya yg disalahkan, dgn bla bla.. Dan org yg menyelamatkan korban dgn memukuli pelakunya, justru yg disalahkan knp membantu korban perkosaan.?? itulah media besar dan kebanyakan media dunia lainya. Sudah hilang dirinya dan jiwanya. Sehingga banyak manusia tidak tau jln pulang kpd fitrah suci agama dan kemanusiaannya.!!! Mereka buta dan tuli bagai org linglung tidak tau jln pulang kpd substansi jiwanya!
Tulisannya yg mengharukan, memberikan gambaran kondisi Palestina.
Sangat menginspirasi.
Masya Allah,kata kata yg sangat menyentuh , mengingat kan diri apa yang sudah saya perbuat untuk Palestina
Sebuah tulisan yang menyentak kesadaran, mempertanyakan posisi kita sekarang entah di mana? Apakah kita telah berada pada jalan bersama orang-orang yang memberi kontribusi pada pembebasan rakyat Palestina yang tertindas atau kita malah berada pada barisan orang orang yang acuh atau memberi jalan mulus pada para penjajah.
Menggetarkan . Terima kasih mas Dwi.
Akan selalu ada-ada misah heroik maupun sufistik tentang bagaimana jalan pulang dari peristiwa yang dialami Bangsa Palestina di sepanjang sejarahnya.
Kemanusiaan yang memanggil..dan Q menyahuti seruan_nya..❤️
Tulisannya sangat enak dibaca, bagus, dan dgn bahasa jiwa yg ikut terluka. memberikan gambaran kpd kita tentang derita Palestina yg menjadi korban pemusnahan, pembunuhan, penghancuran dan genosida oleh zionesme Israel atas ijin setan besar Amerika. Benar kata bu Dr dina Sulaiman kita sudah pakai logika terbalik. Alih2 kita malah, menyalahkan pelaku pemerkosaan, justru korbannya yg kita salahkan, dgn berbagai narasi bla bla..? Dan org yg menyelamatkan korban dgn memukuli pelakunya, (dibilang kelompok Teroris??? ) justru yg disalahkan, knp membantu korban perkosaan.?? itulah media besar yg memakan asupan Informasi Elit Global dan kebanyakan media dunia lainya agar bisa tetap mkn.!! . Sudah hilang Edialisme dirinya, dan jiwanya. Sehingga banyak manusia tidak tau jln pulang, kpd Fitrah Suci Agama dan kemanusiaannya.!!! Mereka buta dan tuli bagai org linglung tidak tau jln pulang kpd substansi jiwanya! “Maka berbahagialah org 2 yg tau jln pulang, menuju TuhanNya.” !!
Kebebasan Imaginasi seorang penulis atas dasar moral dan keimanan kadar sang penulis..berusaha menuangkan rasa yg ada pada momen tersebut karena sang penulis dan kita di Indonesia jauh dari posisi TKP..sikap kepedulian yg timbul dan hanya bisa mendoakan dan menulis wujud dari rasa persaudaraan sesama. Alhamdulillah Saya paham yang dimaksud penulis.. seandainya kita yang disana insyaallah kita yang terdepan menghadapi musuh musuh Alloh..kerena janji Alloh terhadap syuhada sangatlah luar biasa.. Barakallah
Jangan biarkan Palestina sendirian
Lantunan ayat-ayat suci
Dilangitkan anak-anak Gaza
Dengan suara khidmat
dan mata berkaca-kaca
Mengirim rindu Rabb Kekasih..
Terluka tiada mengeluh
Tercabik tiada mengumpat
Tuhan…aku ingin menggandeng
Tangan anak-anak Gaza
Bersama meniti jalan pulang.
Jos
MasyaaAllah…
Sukses berkah pakde.
Tulisannya sangat menyentuh.
Turut bantu doa untuk kemerdekaan Palestina.
Bertambah sadarkan diri untuk prioritaskan kemanusiaan di tengah gaya hidup hedonisme ala penjajah
Free Palestine
perlawananan atas penjajahan adalah hak asasi manusia yang paling dasar
bhsnya sederhana pesannya tersampaikan menggugah empati
selalu tersentuh ketika melihat berita-berita tentang Palestine terutama perihal anak-anak disana. Free Palestine ✊️
Untuk bangsa Palestina, di sini kalian punya saudara.
Tulisannya menarik, tema yang diangkat juga sangat bagus, serta bahasa yang digunakan menyentuh hati. Ditunggu tulisan-tulisan selanjutnya
Awalnya sy berfikir tulisan ini pekat dg narasi politis, namun ternyata sangat filosofis dan emosional, dg gaya penulisan naratif dan deskriptif, gaya bahasa rangkaian kata yg easy reading…anda sgt mahir di ranah rasa pak…
Sy yakin dan berharap ini bukan tulisan yg terakhir, tp awalan yg jd wasilah mengantarkan sy juga utk kembali menorehkan aksara yg kelak mungkin menjadi saksi perjalanan hidup sebelum berpulang.
Sungguh suatu karangan singkat
Dengan satu samudra perasaan
Luapan semangat yang tertuangkan
Air mata pun tertumpah kan
Sadar diri tak berarti tanpa sifat manusiawi
Ya Rab sadarkan diriku karena terbuai dengan dunia
Terlalu terlena dengan kehidupan
Sehingga teralihkan dari kenyataan dimana para saudara tertawan, anak² menangis, para ibu mendiamkan para bayi, para syuhada berperang tanpa takut mati
Janji yang kubuat mulai hari ini
Para pembaca sekalian lah yang menjadi saksi
Jika untuk keadilan nyawa dibutuhkan
Semua nyawaku akan kuserahkan
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar ✊✊✊✊
Free Palestine
Dalam hening si aku “memotret” segala kepedihan yang melintas, merasakan semua kesan yang muncul dan menuliskan semua yang terlihat dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang tak disesaki kemarahan dan sumpah serapah… Semua yang ia saksikan melalui laptop terekam dalam sanubari. Bunyi denting tutup gelas yang jatuh ke lantai menyudahi keterpanaan atas segala yang ia lihat namun di akhir si aku tergerak dalam sebuah kesadaran yang melahirkan sebuah komitmen…
Dwi punya bakat menulis yang akan hebat jika dia tekun berlatih. Bravo!!!
Setiap darah yang menetes di tanah Gaza menandakan ketidakadilan hak asasi manusia dalam hidup. Maka perangilah penjajahan
Setiap kali mendengar dan melihat kejadian di Palestina saya hanya bisa berucap doa, karena saya yakin janji Allah untuk palestina itu nyata.
Luar biasa sobat teruslah gali potensi dan bakat terpendamnya.
Dalam kemanusiaan jarak dilipat,
Deritamu jadi deritaku, dukamu jadi dukaku.
Kemarahanmu juga kemarahanku.
Dalam kemanusiaan riak-riak berkumpul menjadi gelombang tsunami..
Dalam kemanusiaan wasilah terdekat adalah pengorbanan.
Palestina adalah Tanah Umat Muslim. Seseorang belum dikatakan Muslim bila belum membela Palestina.
Membela dan membantu palestina sebagai Bekal kita untuk Akhirat Kelak. Palestina akan selalu ada di Hati Kita sampai kita wafat. Mari kita berjuang Untuk Palestina
Masya Allah. Ungkapan terdalam seorang penulis. Sejatinya setiap kata di dalamnya mewakili nurani yang tersayat oleh Kezaliman, menyimpan luka kemanusiaan.
Terimakasih, tulisannya sangat bagus
Sungguh realita penjajahan di bumi Palestina sangat menyedihkan dan membuat hati teriris. Kejadian besar dan kejam di negeri itu menunjukkan keterlambatan kita membantu kemerdekaannya. Namun, tak ada kata terlambat sebelum mati. Maka, terus berjuang memerdekakan Palestina!
Ungkapan terdalam seorang penulis. Sejatinya setiap kata di dalamnya mewakili nurani yang tersayat oleh Kezaliman, menyimpan luka kemanusiaan.
Terimakasih, tulisannya sangat bagus
Dengan hati yang pedih dan jiwa yang tergerak, tulisan ini menggambarkan tragedi kemanusiaan di Gaza dengan sangat menyentuh hati. Tulisan ini bukan hanya sekedar laporan berita, tapi juga refleksi diri dan panggilan untuk berbuat sesuatu bagi mereka yang membutuhkan. Semoga tulisan ini dapat menjadi wasilah jalan pulang bagi anak-anak
Gaza dan menjadi inspirasi bagi kita semua untuk berempati dan membantu mereka yang teraniaya.”
Tulisan ini menggambarkan harapan yang besar untuk kemerdekaan saudara-saudara kita di Gaza
Cerita ini menjelaskan tentang kisah Rakyat Palestina yang di bom oleh Penjajahan Israel. Banyak rakyat Palestina yang menderita akibat genosida Israel
Memerdekakan dan membangun Palestine adalah tanggung jawab kita
Saat saya membaca keseluruhan artikel ini, saya juga merasa jika cara saya yang maksimalnya ialah menulis puisi, seakan-akan belum terlalu cukup untuk menolong orang Haza. Kita butuh kesatuan umat islam seperti kekhalifahan beberapa abad yang lalu
Semoga kita dapat berjalan bersama utk menolong dan membebaskan mereka yg telah menderita dan menjadi kebuasan dan kebringasan penjajah..jln kita sama mencari wasilah menghantarka Ridho Allah
Saat saya membaca keseluruhan artikel ini, saya juga merasa jika cara saya yang maksimalnya ialah menulis puisi, seakan-akan belum terlalu cukup untuk menolong orang Haza. Kita butuh kesatuan umat islam seperti kekhalifahan beberapa abad yang lalu.
Tulisan ini menggambarkan kisah bagaimana pilunya Palestina dan blm adanya gerakan dr bangsa arab untuk membantu sesama saudaranya
Sembuhlah Palestina dari penderitaan dan sakit yang begitu memilukan.
Ini bukan perang. Ini genosida. Korban adalah masyarakat sipil yang tidak ada hubungannya bdengan perang, perempuan, anak, orang tua semua disapu oleh Zionis. Semoga para pejuang dan rakyat Palestina gugur sebagai syahid.
Perhatian dan empati pd rakyat Gaza Palestina yg tertindas rupanya bisa mnjd wasilah utk kesaksian kita di hari akhir nanti.
Tulisan yang sangat menggugah hati dan pikiran untuk turut aktif bergerak memberi kontribusi pada derita palestina
aku merasa harus membantu kesuliatan dan orang-orang yang terjepit oleh kondisi yang tidak seharusnya terjadi..
tetapi aku harus berjanji untuk pulang seutuhnya sehingga tidak adalagi diantara sekitar kita merasa kesakitan
Suasana gaza yg dicekam oleh intimadasi israhell melalui instrument alat2 pembunuh mereka yg menyasar rakyat sipil secara acak . Histeris jeritan kesakitan membahana diseluruh penjuru gaza menjadi senandung malam yg memilukan
Pembantaian ummat manusia yang begitu keji di zaman moderen saat ini
Refleksi penulis tentang “mencari diri sendiri” menjadi tamparan halus tapi tajam—apakah kita hanya penonton tragedi atau mau menjadi bagian dari harapan? Sebuah tulisan yang bukan hanya menyentuh, tapi juga membangkitkan tanggung jawab moral dan spiritual.
Dan tulisan ini bukan sekedar narasi, tetapi jeritan hati nurani yang menggugah kesadaran terdalam.
semoga bisa menyertai,meski hanya tetesan air mata
Derita bangsa Palestina bukan hanya saat ini, melainkan terjadi hampir 1000 tahun yang lalu. Namun, saat ini semakin menjadi-jadi. Hampir seluruh tanah Palestina telah dikuasai oleh Israel. Ini merupakan pemandangan yang tidak dapat dibiarkan begitu saja. Melibatkan diri atas perjuangan bangsa Palestina merupakan panggilan yang tidak dapat diabaikan begitu saja
Tulisan ini membawa kita kepada suasana nyata konflik bersenjata tak berimbang di tanah para Nabi, di mana anak-anak, wanita, para orang tua menjadi korbannya. Kegundahan penulis menjadi perspektif yang menarik sekaligus pengingat kita agar tetap peduli atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di akhir zaman ini.
Tulisan ini menyadarkan saya. Saat mereka mencari-cari anggota keluarganya yang hilang, entah karena diculik, entah karena tertimbun reruntuhan, saya malah mencari-cari di mana nurani saya? Di mana kepedulian saya?
Yaa. Apa yang sudah diri ini perbuat untuk membela Palestina? Hanya diam dan merasa biasa biasa saja saat melihat bayi bayi kecil tak berdosa yang harus terenggut nyawanya oleh sang penjajah yang biadab. Sangat menyedihkan melihat diri ini yang masih enggan memberikan aksi aksi yang bisa berdampak.
Bentuk penindasan yang nyata dilakukan oleh rezim zionis israel terhadap warga sipil terkhusus anak-anak, dengan alasan perang yg tidak seimbang, tidak ada alasan hari ini untuk tidak memikirkan dan bertindak untuk Palestina, Palestina harus merdeka dengan segera, rapatkan barisan untuk terus berbicara tentang palestina
Sangat tersentuh dengan tulisan di atas.
Saya pun jadi malu dengan diri sendiri. Yang selama ini abai dengan segala yang menimpa saudara-saudara kita di sana.
Malu karena belum setahun ini punya sedikit kesadaran. Dan itu pun sangat tak seberapa dan belum bisa dihitung dengan apa pun.
Deritamu adalah derita kami, deritamu pasti berujung kebahagiaan saudaraku digaza, kami nun jauh disini berjuang tak kenal jarak…. Krn hati kita disatukan oleh cinta dan kasih….
Jangan biarkan palestina sendiri dalam menghadapi masalah ini, teruslah berjuang dan bertahan sampai menang
Ketika kau melihat sebuah peristiwa yang memilukan, atau membaca peristiwa yang menyedihkan. Pikirkanlah mereka adalah saudara. andaikan mereka bukan saudaramu dalam satu agama tetapi mereka saudaramu sebagai manusia. Bahwa sebagai sesama manusia kita sama-sama memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Saat mengetahui Realitas yang terjadi di Palestina muncul pertanyaan dalam hati dan fikiran apa yang telah saya bisa berikan dan apa yang belum saya kerjakan
Tulisan yang begitu tulus, mendalam dan mewakili isi hati ini. Betapa diri ini begitu tak berdaya, tak banyak melakukan apapun ketika banyak anak-anak yang menjadi korbannya. Tulisan ini membangunkan semangat untuk ikut berjuang demi kemerdekaan Palestina.
Derita rakyat Palestina dan kita yang tak mampu berbuat apa-apa. Sesungguhnya bukanlah kesalahan Hamas tapi itu bentuk perjuangan rakyat Palestina atas penjajahan zionist laknatullah. Judul yang provokatif ketika Hamas dijadikan alasan terkait jatuhnya bom. Memang tak mampu diri ini hadir di Palestina, hanya do’a dan usaha lain yang senantiasa mengiringi. Kemerdekaan Palestina tersegerakan.
Sebuah esay yang mengingatkan pada kearifan luhur jawa lama tentang “sangkan paraning dumadi” yang merupakan penerjemahan postulat Al Quran “Innalilahi wa Innailaihi rojiun” sebuah perjalanan manusia dari Allah menuju Allah, yang tentu saja meniscayakan menolak segala bentuk kezaliman sebagai wasilah untuk pulang
Tragedi GAZA rumah yang dihancurkan oleh tentara zionis israel dengan jet-jet tempur
Setiap kalimat dalam tulisan ini mengantarkan angan pikiran kita ke Gaza, kejadian dan emosi terasa sampai ke lubuk hati. Sulit menghalangi golakan jiwa yang menangis, antara rasa putus asa dan keinginan kuat untuk ikut menjadi bagian dalam perjuangan ini. Terimakasih,..jalannya nampak sangat terang…
Sangat memilukan membayangkan apa yang digambarkan, ingin melakukan sesuatu untuk mereka para korban tapi apa daya belum tau apa yang pantas untuk dilakukan oleh orang seperti saya. Semoga Allah segera mendatangkan peryolongan untuk merwka
Tulisannya bagus, dapat menggugah emosi untuk turut prihatin dengan kondisi di Palestina dan mendorong niat untuk ikut berkontribusi membantu kemerdekaan Palestina.
Tertulis kan secercah penderitaan di atas tanah Palestina. Penindasan yang selalu mewarnai jalan hidup rakyat Palestina sampai tergores kan dalam lubuk hati yang paling terdalam dari jutaan umat muslim dunia.
Berjuang bersama mereka yang tertindas bukanlah hal yang sepele, bukan juga hal yang mudah untuk dilakukan. Namun hati yang tergerak oleh derita para korban di Gaza akan memantik semangat para pemerhati keadilan. Mungkin kita tidak punya banyak kemampuan, tapi kita masih punya kemauan untuk terlibat membantu mereka yang terzalimi.
Entah sudah berapa kali kalimat ini “Apa yang sudah saya lakukan untuk mereka? Bukankah diajarkan mendahulukan orang orang yang teraniaya.” juga menghujam pikiran dan perasaan saya. Saya mencari jawabannya dengan doa yang selalu saya panjatkan, pada medsos2 yang saya miliki, pada pembelian sandang-pangan yang saya butuhkan, pada simbol2 pakaian yang saya kenakan, pada workshop FPN yang saya jalani saat ini, dsb. Dari semua ini saya berharap mendapatkan jawaban, bahwa saya benar2 bersama mereka. Merasakan sakitnya, merasakan sedihnya, merasakan marahnya, merasaka perjuangannya. Jika raga ini berjarak dari Palestina, semoga jiwa kita bersatu dengan mereka.
Merdekalah palestina.. aamiin…
Keterbatasan gerak juang yang di alami oleh Palestina dan abainya sebagian masyarakat dunia, sehingga media mainstream dunia barat membuat berita hoaks hingga menjadi konsumsi publik.
Sangat memilukan membayangkan apa yang digambarkan, ingin melakukan sesuatu untuk mereka para korban tapi apa daya belum tau apa yang pantas untuk dilakukan oleh orang seperti saya. Semoga Allah segera mendatangkan peryolongan untuk merwka
Sedikit heran dengan apa yang terjadi pada palestina, apakah mereka tak layak untuk merdeka, sehingga banyak orang yg abay pada apa yg terjadi disana, apakah masyarakat palestina kurang menderita sehingga banyak yg hanya orang yg hanya berpangku tangan, ataukah merekah hanya menganggap derita di palestina layaknya reka adegan, yang ketika disaksikan dimedia menggugah nurani, namun ketika tak dimuat lagi di Tv maka hilang layaknya angin yg berembus.
Betapa menderitannya bangsa palestina akibat dari penjajahan israel, mudah-mudahan di segerakan kemerdekaan untuk Palestina
Tulisan yang sangat menyentuh hati, menggambarkan penderitaan warga palestina. Penulis mengajak pembaca merasakan kondisi gaza. Bagaimana perjuangan mereka, bertahan di tengah gempuran zionis. Mereka tetap teguh, walaupun banyak manusia dan umat muslim dunia diam tak peduli.
Mayat berterbangan
Daging cincang laris diobral
Banyak orang yang tahu, tapi tak sadar
–
Hujan adalah darah,
dunia menonton sambil mengunyah.
Si nakal dijatuhi hukuman
tetapi serigala mengenakan seragam.
Mereka lemah,
Namun tak ada yang berani melawan.
Tunduk kepada majikan
Palestina adalah perjuangan kemanusiaan atas ketidakadilan. Siapapun yg memperjuangkan kemerdekaan atas dirinya atau orang lain, itulah pejuang. Istilah teroris yg dimunculkan atas Hamas atau kelompok lainnya yg berjuang itu hanyalah playing victim, dialah penjahat itu. Tangguhlah Palestina !!
Dengan mencernah cerita diatas saya ikut sedih bahkan ingin rasanya langsung menuju palestina dan melakukan perlawanan, namun apa hendak diperbuat, sayapun tidak memiliki kemampuan besar yg bisa langsung menolong saudara saudara saya yg penuh dengan kedukaan yg memdalam
Saya hanya bisa merenungi dan merasakan penderitaan saudara saya dipalestina sana,
Saya hanya bisa memanjatkan do’a semoga saudara kita terbebas dari ledakan bom dan senjata
Mohon maaf belum pernah nulis pa
Kamu juga sadarkan aku betapa tak berartinya diriku
Free Palestine
Trimakasih
Sudah jatuh ditimpa Tanggga Pula, mungkin inilah kalimat yang bisa menggambarkan bagaimana kondisi Palestina hari ini. Bagaimana bisa gedung2 dihancurkan, rakyat nya dibunuh dengan sangat kejam, tanahnya dirampas lalu mereka membuat berita bahwa semua ini karena Ulah Mereka Sendiri. Berita2 sengaja dipelintir, untuk membenarkan kebiadaban mereka (Israeli) sebagaimana dalam judul sebuah berita “Karena Teroris Hamas, Anak-anak Gaza Menderita
Tulisan ini menyajikan refleksi mendalam tentang kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas di tengah konflik global, khususnya tragedi yang menimpa Palestina. Dengan bahasa yang puitis dan menyentuh, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna “pulang” sebagai perjalanan kembali ke fitrah suci agama dan kemanusiaan
Sikap empati kita terhadap kezaliman di Palestina tak perlu menjadi muslim atau pun rahib. Siapapun yang masih memiliki rasa kemanusiaan akan tercabik-cabik melihat penderitaan sesama manusia. Apalagi sesama muslim adalah satu kesatuan tak terpisahkan.
Entah sampai kapan keadaan Palestina berakhir, namun Allah SWT memberikan hikmah atas semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini, Palestina tidak sekedar membuka mata lahiriah kita saja namun juga membuka mata hati seluruh dunia, Allah SWT memberikan begitu banyak hidayah untuk mereka2 yg non Islam yg akhirnya bersyahadat, melalui penderitaan Palestina banyak sekali orang2 dari seluruh penjuru dunia yg akhirnya menjadi mualaf, orang2 non muslim banyak yg belajar tentang agama Islam, karena kita semua dapat melihat betapa teguhnya iman warga masyarakat Palestina dalam menghadapi dan menjalani penderitaan yg begitu lamanya, mari kita merenung terhadap diri kita sendiri apakah kita layak mendapatkan syurgaNya Allah SWT sedangkan warga masyarakat Palestina sebegitu menderitanya untuk mendapatkan syurgaNya Allah SWT, namun mari kita berdo’a semoga kita menjadi salah satu penghuni syurga di akhirat nanti bersama para syuhada di Palestina, Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.
Tulisannya seperti film, yang bisa membawa kita masuk ke dimensi tempat terjadinya peristiwa. Seolah-olah kita seperti rakyat Gaza Palestina, mengalami sendiri pembantaian yang terjadi di sana , hingga dada kita bergemuruh, tangan terkepal, terpatri niat dan ikhtiar abadi aksi bela Palestina dengan semangat untuk syahid atau Palestina merdeka. Itu yang saya rasakan ketika membaca tulisannya.
Tulisannya seperti film, yang bisa membawa kita masuk ke dimensi tempat terjadinya peristiwa. Seolah-olah kita seperti rakyat Gaza Palestina, mengalami sendiri pembantaian yang terjadi di sana , hingga dada kita bergemuruh, tangan terkepal, terpatri niat dan ikhtiar abadi aksi bela Palestina sampai syahid atau Palestina merdeka. Itu yang saya rasakan ketika membaca tulisannya.
sesak dada ini melihat penderitaan Palestina rasanya ingin ku sudahi tragedi panjang ini, tapi apalah daya bahkan dirikupun tak mampu berbuat setitikpun untuk mereka aku malu pada diri ini. Maafkan aku gaza.