Ramadan di Tunisia bukan hanya sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum untuk mempererat kebersamaan, memperkaya tradisi, dan menghadirkan suasana yang meriah dan penuh suka cita.
Setelah shalat Tarawih, kafe-kafe mulai dibuka, jalanan pun mulai ramai oleh warga. Pada malam harinya, masyarakat Tunisia menyelenggarakan beragam acara budaya yang meriah. Berbagai konser musik digelar, menampilkan musisi terkenal seperti Luthfi Busynak dan Saber Rebaï.
Jika pada siang hari hingga waktu salat Tarawih suasana terasa tenang dan khusyuk dalam nuansa Ramadan, maka saat malam tiba, berbagai pagelaran musik menghidupkan suasana, menjadikan malam-malam Ramadan penuh makna dan kaya akan nilai budaya.
Itulah yang menjadi ciri khas Tunisia, syahdunya nuansa ubudiyah dan keislaman berpadu dengan kemeriahan dan suka cita dalam menyemarakkan bulan agung ini.
Di malam-malam terakhir bulan Ramadan, masjid-masjid akan dipenuhi oleh masyarakat yang beritikaf dan menyibukkan diri dengan ibadah, tadarus al qur’an, dzikir, dan salat sunnah. Selain itu, akan dilaksanakan juga salat tahajud berjamaah. Biasanya, Itikaf akan berlanjut hingga sahur dan adzan shubuh tiba.
Ramadan di Tunisia bukan hanya sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum untuk mempererat kebersamaan, memperkaya tradisi, dan menghadirkan suasana yang meriah dan penuh suka cita. Dari tradisi menyambut bulan suci, hidangan khas Tunisia ketika berbuka puasa, tradisi sholat Tarawih serta meriahnya acara budaya di malam hari, menjadikan Ramadan di Tunisia begitu unik dan berkesan.
Perpaduan antara nuansa spiritual yang khusyuk dengan semaraknya perayaan budaya menciptakan pengalaman Ramadan yang berbeda. Keindahan ini mengajarkan kita bahwa Ramadan tidak hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang kebersamaan, tradisi, dan kegembiraan dalam menyambut bulan penuh berkah dan Rahmat-Nya.
*Mahasiswi Jurusan Aqidah wa Ilmu al-Kalam, Fakultas Hadharah Islamiyah, Universitas as-Zaitunah, Tunisia
