Oleh: Giorgio Ramadhan & tim IDPAL*

Perang dan pertikaian di Palestina yang dimulai sejak pendudukan menyatakan perang pada tahun 1948 semakin memanas selama bertahun-tahun, terutama sejak operasi “Banjir Al-Aqsa” pada tanggal 7 Oktober 2023.
Pertikaian tersebut telah dibingkai dengan berbagai cara oleh berbagai pihak untuk disesuaikan dengan berbagai narasi. Di antara narasi tersebut, salah satu yang umum muncul adalah gagasan bahwa apa yang terjadi setelah 7 Oktober adalah perang antara apa yang disebut “Negara Israel” dan Gerakan Perlawanan Islam di Palestina (Hamas).
Tulisan ini akan mencoba untuk membantahnya, menjelaskan bagaimana alih-alih narasi di atas, perang tersebut selalu merupakan perang terhadap seluruh Palestina, dan terhadap Dunia Arab.

Melihat faksi-faksi yang bertempur di Gaza, di satu sisi kita memiliki seluruh aparat bersenjata entitas Zionis. Apa yang disebut “Pasukan Pertahanan Israel” terlibat dengan ketiga cabangnya, termasuk tentaranya yang melakukan pendudukan fisik, angkatan udaranya yang membombardir dari langit dan angkatan lautnya yang melanjutkan blokade yang telah berlangsung sejak tahun 1990-an.
Apa yang disebut pasukan polisi mereka, serta dinas intelijen, juga hadir secara langsung. Israel tidak bertindak sendiri, seluruh negara dan kompleks industri militer mereka didukung oleh Amerika Serikat. Memberikan lebih dari 300 Miliar Dolar AS sejak dimulainya pendudukan Zionis, dan menjanjikan setidaknya $ 12,5 miliar dalam bantuan militer langsung ke Israel. Mencakup $ 3,8 miliar dari tagihan pada Maret 2024 (sejalan dengan MOU saat ini) dan $ 8,7 miliar dari undang-undang alokasi tambahan pada April 2024.
Laporan mengatakan bahwa AS telah memberikan US $ 17,9 miliar sejak 7 Oktober 2023 saja. Selain memberikan bantuan, AS juga turut serta secara langsung dalam konflik tersebut. Mengirimkan pasukan ke lapangan dan melakukan intervensi militer langsung dengan kedok “bantuan kemanusiaan dermaga Gaza”. Mereka terlibat langsung dalam serangan terhadap kamp Nuseirat yang menewaskan lebih dari 200 warga Palestina dan melukai lebih dari 700 orang.
Intelijen AS juga turut campur secara langsung, dan ratusan tentara AS juga turut membantu pasukan pendudukan Zionis. Selain itu, Tentara Bayaran AS dari Forwards Observation Group secara aktif turut serta dalam genosida tersebut.
Pendukung langsung terbesar kedua bagi Zionis adalah Uni Eropa, yang mengirimkan senjata senilai lebih dari US$ 1,9 miliar. Universitas-universitas Uni Eropa telah memberikan kontribusi langsung dalam penelitian senjata yang digunakan dalam genosida. Negara-negara Eropa terus membeli senjata senilai ratusan juta dolar AS dari entitas Zionis meskipun menyatakan seolah-olah mereka percaya sebaliknya.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>