
Universitas Harvard menolak sejumlah tuntutan dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait dugaan anti-semitisme. Pemerintahan Trump juga akan menyerahkan kendali universitas ini kepada pemerintah konservatif. Menanggapi hal ini, Rektor Harvard, Alan Garber, menulis sebuah surat terbuka.
Ia menuturkan bahwa tuntutan yang dibuat Departemen Pendidikan AS itu akan memungkinkan pemerintah federal untuk mengendalikan komunitas Harvard. Sekaligus mengancam nilai-nilai universitas sebagai lembaga swasta yang mengabdikan diri untuk mengajar, memproduksi, dan menyebarluaskan pengetahuan.
“Tidak ada pemerintah, terlepas dari partai mana yang berkuasa. Yang boleh mendikte apa yang dapat dikerjakan oleh universitas swasta, siapa yang dapat mereka terima dan pekerjaan, dan bidang studi dan penyelidikan apa yang dapat mereka tekuni,” tulis Garber.
Terkait penyerahan kendali kepada pemerintah konservatif kiri, Garber menganggap bahwa langkah itu akan melanggar hak Amandemen Pertama Universitas atas kebebasan berbicara dan berpendapat. “Universitas tidak akan menyerahkan independensinya atau melepaskan hak konstitusionalnya,” tulis Garber.
Pengendalian itu merupakan dampak dari tuntutan pemerintah federal agar mengaudit sudut pandang mahasiswa, fakultas, dan stafnya untuk mengungkap para pemikir sayap kiri yang umumnya menentang pemerintahan Trump. Garber juga menegaskan bahwa Harvard sudah memiliki langkah mengatasi anti-semitisme di kampus.
Baginya, tuntutan dari Departemen Pendidikan untuk memerangi anti-semitisme tidak akan terwujud. “Tujuan-tujuan ini tidak akan tercapai dengan penegasan kekuasaan yang tidak terikat oleh hukum untuk mengendalikan pengajaran dan pembelajaran di Harvard untuk mendikte cara kami beroperasi,” tulis Garber.

Bahkan sebenarnya, Harvard sudah setuju untuk memberikan perlindungan tambahan bagi mahasiswa Yahudi berdasarkan penyelesaian dua tuntutan hukum yang menuduh sekolah tersebut menjadi sarang anti semitisme pada Januari lalu. Namun Departemen Pendidikan AS tetap menyatakan bahwa Harvard telah gagal memenuhi persyaratan hak intelektual dan sipil yang membenarkan investasi federal.
Departemen tersebut menuntut Harvard untuk bekerja mengurangi pengaruh fakultas, staf, dan mahasiswa yang lebih berkomitmen pada aktivisme daripada beasiswa dan meminta panel eksternal mengaudit fakultas dan mahasiswa di setiap departemen untuk memastikan keberagaman sudut pandang.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>
Tesis dan antitesis, ya bahasa Anti-Semitisme digunakan imperialias kolonialisme untuk melanggengkan hegemoninya.
Mereka menggunakan semtimen Anti-Semitisme sebagai senjata untuk membunuh Persatuan dan Kemerdekaan.
Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri, Perbuatan yg akan dilakukan kepada orang lain tapi malah membalik ke diri sendiri, pribahasa ini kiranya tepat disematkan kepada setan besar amriki.
apa lacur, tesis Anti-Semitisme menjadi alat yng mumpuni untuk menghakimi siapa saja yang mengkritisi kebijakan amriki yang selalu membela entitas palsu zionis israel agar eksis, kini hal itu merambah bagian tubuhnya sendiri yaitu di Universitas Harvard yang sadar hingga menemukan anti tesis dengan melakukan pembelaan terhadap Palestina.
pada akhirnya, Anti-Semitisme lahir dari rahim amerika ( baca : pemerintah) dan akan mati oleh amerika sendiri (baca: warga maerika).
Mungkinkah hal ini seperti di gambarkan dalam sirah Nabi dalam peristiwa Fattu Makkah bahwa kemenangan yang HAK atas yang BATIL, dikuasanya Makkah dan meyerahnya kaum kufur oleh kaum Muslimin “tanpa Berdarah-darah”. ??
Semoga
Panjang Umur Palestina