
Pelatihan yang diberikan mencakup proses fermentasi, pemeliharaan instalasi, serta cara-cara aman dan berkelanjutan dalam menggunakan biogas untuk kebutuhan rumah tangga. Warga juga diajak memahami bagaimana pengelolaan limbah yang baik tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi kehidupan sehari-hari.
Hal ini turut dirasakan oleh Abad (40), warga yang menjadi salah satu penerima manfaat instalasi biogas. “Alhamdulillah sejak ada biogas ini, pengeluaran keluarga jadi lebih hemat karena kita ga perlu beli gas LPG lagi. Selain itu, senang juga limbah kotoran ternak yang biasanya cuma kita timbun dan buang ke kebun sekarang bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan lebih baik.”
G2G membuktikan bahwa anak muda bukan hanya bagian dari seminar atau festival ide. Mereka bisa jadi pelaku langsung dari transisi energi, dengan keberanian untuk mendobrak ketimpangan, mengubah narasi, dan menciptakan solusi dari bawah.
Di tengah wacana besar tentang energi bersih, G2G hadir sebagai contoh konkret: bahwa desentralisasi energi tak harus dimulai dari kebijakan pusat, melainkan dari gotong royong, pengetahuan lokal, dan keberanian untuk mencoba. Bahwa pengelolaan limbah bukan beban, tapi potensi. Dan bahwa anak muda bukan hanya simbol, tapi pelaku.






