
Israel mengklaim telah membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza setelah mengumumkan “jeda taktis” dalam operasi militer pada Minggu, 27 Juli 2025. Lebih dari 120 truk bantuan disebut berhasil memasuki Gaza dan didistribusikan oleh PBB serta organisasi kemanusiaan lainnya.
COGAT, badan Kementerian Pertahanan Israel yang mengatur urusan sipil di wilayah Palestina, melaporkan bahwa 180 truk tambahan juga telah memasuki Gaza dan menunggu distribusi, sementara ratusan truk lainnya masih antre untuk diambil. Jalur bantuan diklaim dibuka sejak pukul 06.00 hingga 23.00 setiap harinya di beberapa bagian Gaza tengah dan utara.
Namun, di balik klaim bantuan dan zona aman, situasi di lapangan berkata lain. Beberapa jam setelah pengumuman jeda kemanusiaan, serangan udara kembali terjadi. Salah satu serangan bahkan dilaporkan menghantam toko roti di zona yang telah ditetapkan sebagai “wilayah aman”. Sedikitnya 63 warga Palestina dilaporkan tewas pada hari yang sama.
Krisis kemanusiaan akibat perang yang berkecamuk sejak Oktober 2023 semakin memperburuk kondisi warga Gaza. Dalam 24 jam terakhir, enam kematian akibat kelaparan tercatat, termasuk dua anak-anak. Total korban jiwa akibat kelaparan kini mencapai 133 orang yang sebagian besar adalah anak-anak.
Salah satu korban terbaru adalah Zainab Abu Haleeb, bayi lima bulan yang meninggal karena malnutrisi setelah tiga bulan dirawat di RS Nasser. Badan Pangan Dunia (WFP) memperkirakan satu dari tiga warga Gaza menjalani hari tanpa makanan, sementara sekitar 500 ribu orang kini mengalami kelaparan akut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui di Gaza mengalami kekurangan gizi berat.
Meski Israel membantah tuduhan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, blokade darat dan laut yang terus diberlakukan menjadi hambatan utama distribusi bantuan. Sejak Maret 2025, seluruh perlintasan darat ke Gaza ditutup total selama lebih dari 11 pekan.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






