Memahami Arsitektur lewat Tubuh Manusia dan Rumah Adat Tongkonan
Dalam pameran Corporeal Metaphor, mahasiswa Arsitektur UPH mengeksplorasi desain yang terinspirasi dari metafora tubuh manusia, seperti kepala, tangan, kaki, dan punggung. Emanuel Agung Wicaksono menjelaskan bahwa tubuh merupakan alat utama untuk memahami arsitektur, mulai dari orientasi arah hingga interaksi dengan lingkungan sekitar.
Emanuel menjelaskan bahwa setiap bagian tubuh memiliki perannya masing-masing dalam membantu untuk memahami arsitektur. Kepala, menjadi pusat orientasi dan penglihatan untuk mengarahkan pandangan, serta membantu membaca situasi dan arah. Tangan berperan sebagai penghubung langsung dengan benda-benda di sekitar; melalui sentuhan, merasakan tekstur, suhu, hingga berat suatu objek. Kaki, memungkinkan manusia untuk bergerak, merespons bentuk permukaan tanah, dan merasakan irama dari ruang yang dilalui. Sementara itu, punggung berfungsi sebagai penopang utama yang memberi kekuatan dan kestabilan pada tubuh, menjadi simbol dari struktur yang tidak terlihat namun sangat vital.
Sebagai bagian dari proses pembelajaran, mahasiswa juga mengikuti perjalanan studi ke Toraja, Sulawesi Selatan, pada 20–26 November 2024. Di sana, mereka mengamati rumah adat Tongkonan, yang dipandang sebagai tubuh hidup—“bernapas” melalui ritual, terhubung dengan semesta, dan menyimpan memori dalam material seperti kayu, ijuk, dan batu. Pendekatan ini mengajak mahasiswa untuk memahami arsitektur tidak hanya dari bentuk visual, tetapi juga dari konteks budaya dan lingkungan yang mendalam.
“Kenapa kami memilih tubuh sebagai titik awal? Karena tubuh adalah cara paling dekat untuk memahami arsitektur. Kami ingin mahasiswa menyadari bahwa arsitektur bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari, melainkan hadir di sekitar kita, bahkan dalam tubuh kita sendiri. Melalui keterkaitan antara tubuh dan arsitektur Toraja, kami juga berharap mahasiswa menjadi lebih peka, mampu mengeksplorasi lebih dalam, dan pada akhirnya menciptakan inovasi arsitektur Indonesia yang relevan dan bermakna di masa depan,” ujar Emanuel Agung Wicaksono.
Salah satu karya menarik dalam pameran Corporeal Metaphor adalah instalasi Gossip in Toraja karya Ariel Prakarsa Sugiarta Tjoanda, mahasiswa Arsitektur UPH. Karya ini mengangkat sisi unik budaya masyarakat Toraja dan terinspirasi dari arsitektur rumah adat Tongkonan serta dinamika sosial di sana.
Instalasi tersebut menyoroti peran “gosip” sebagai elemen penting dalam menjaga harmoni kehidupan masyarakat Toraja. Lebih dari sekadar obrolan, gosip dipahami sebagai medium membangun relasi, menyebarkan informasi, dan menjaga keseimbangan sosial. Melalui karya ini, pengunjung diajak melihat bahwa di balik kesan remeh, gosip memiliki nilai kultural yang signifikan dalam membentuk dan mempertahankan struktur sosial komunitas Toraja.
“Lewat instalasi ini, saya merancang elemen-elemen baru yang menyatu dengan karakteristik Tongkonan. Saya menciptakan ruang-ruang semi privat yang mendorong interaksi, berbagi cerita, dan menciptakan kebersamaan. Tujuannya bukan mengubah identitas Tongkonan, melainkan memperluas fungsi sosialnya melalui pendekatan desain modern yang tetap menghargai nilai tradisi,” jelas Ariel.
Rangkaian Acara
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






