More

    Rektor Tel-U: Revolusi AI Bukan Soal Algoritma, melainkan Ekosistem yang Berdampak

    Rektor Telkom University (Tel-U) Prof. Suyanto saat paparan pada Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku industri dan akademisi di Batam, Kepulauan Riau, pada Kamis (10/7) terkait pengembangan industri AI di Indonesia. (ist)

    Rektor Telkom University (Tel-U) Prof. Suyanto menghadiri Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku industri dan akademisi di Batam, Kepulauan Riau, pada Kamis (10/7). Digelar oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia (RI) serta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI, FGD tersebut mengangkat tema ‘Potensi Penguatan Industri Elektronika dalam Rangka Pengembangan Industri AI di Indonesia’. Hal ini sejalan dengan potensi Indonesia menjadi bagian pusat pertumbuhan AI (Artificial Intelligence) global, sebagaimana yang disampaikan oleh Wakil Menteri Komdigi RI, Nezar Patria.

    “ASEAN saat ini berada dalam posisi yang cukup potensial untuk menjadi pusat pertumbuhan AI global dan kontribusi Indonesia di ASEAN dalam hal ini mencapai 40%. Potensi tersebut mendorong target pertumbuhan ekonomi nasional, yang kemudian menjadi modal kita mempertimbangkan potensi menjadi pemain di tingkat global,” jelas Nezar.

    Sebagai Guru Besar Bidang AI, Prof. Suyanto hadir menjadi salah satu panelis dalam FGD tersebut dan berkesempatan memaparkan pandangannya mengenai revolusi AI di Indonesia. Prof. Suyanto menyebutkan bahwa selama ini AI di Indonesia masih didominasi pada AI generasi keempat, yang berfokus pada algoritma atau federated learning. Sementara, revolusi AI bukan algoritma, melainkan ekosistem industri, baik dari sisi hardwarehingga talenta dan aplikasi atau pemanfaatan. Namun, Prof. Suyanto optimis terhadap potensi Indonesia dalam bidang AI.

    - Advertisement -

    “Indonesia memiliki potensi besar dalam revolusi AI. Untuk itu, kita perlu sinkronisasi teknologi, industri, dan kebijakan publik. Kita juga dapat memberi dukungan dengan membentuk talenta yang mendukung industri elektronika. Sebab elektronika sendiri adalah punggungnya AI, terlebih di generasi 4 yang menuntut model AI sekecil mungkin dengan biaya yang sesedikit mungkin” ungkap Suyanto.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here