Karena itu, sebelum, selama, dan setelah kita berdoa dan berusaha seperti yang diperintahkan oleh syariat, adab yang harus kita tunjukkan kepada Allah adalah kita tidak memilih dan memastikan satu kondisi lebih baik bagi dirinya daripada kondisi lain. Tentu saja kita harus tidak menyukai keadaan ini dan harus berjuang mengubahnya. Tapi, di dalam semua keadaan kita, kita harus mengakui bahwa kita tidak tahu sama sekali apa yang terbaik yang dikehendaki oleh Allah bagi kita. Boleh jadi kita membenci keadaan ini, padahal itu baik baginya.
Kita harus membulatkan hati kita semua terkait kebebasan bangsa Palestina dari penindasan Israel. Kita berusaha dan berdoa meraihnya. Setelah itu, kita harus yakin bahwa keinginan kita itu akan dipenuhi Allah karena Dia pasti memenuhi janji-Nya, sekaligus yakin bahwa Allah-lah yang paling tahu bentuk dan waktu pemenuhannya. Kita tidak boleh memaksakan pemenuhan kebutuhan dan keinginannya dalam bentuk dan waktu yang kita inginkan. Kerakusan inilah yang menyebabkan kelelahan dan kehinaan.
Ibnu ‘Atha’illah berkata:
لا يكن تأخر العطاء مع الإلحاح في الدعاء موجبا ليأسك، فهو ضمن لك الإجابة فيما يختار لك لا فيما تختار لنفسك، وفي الوقت الذي يريد لا في الوقت الذي تريد.
“Janganlah keterlambatan waktu pengabulan doa, padahal engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menjadi penyebab rasa putus asamu akan pengabulan doa itu. Sebab, Allah telah menjamin pengabulan doamu dalam bentuk yang Dia pilih bagimu, bukan dalam bentuk yang engkau pilih, dan pada waktu yang Dia inginkan, bukan pada waktu yang engkau inginkan.”
*Dosen Filsafat Islam di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dan Anggota FPN







Kita berdoa tapi juga jangan lupa usaha. Minimal posting mengenai perkembangan tentang jika tidak bisa menyumbang dengan uang dsb.
Tetaplah berdoa dan berikhtiar untuk Palestina, karena doa adalah napas perjuangan yang tak boleh padam.
Palestina akan segera merdeka, itu pasti….