Zink mengutip pandangan Jeremy Scahill dari Drop Site News yang menyatakan bahwa hampir semua media besar mulai dari New York Times, Washington Post, AP, hingga Reuters telah menjadi ban berjalan bagi propaganda Israel, memutihkan kejahatan perang dan meninggalkan komitmen terhadap jurnalisme yang etis.
Menurutnya, dengan terus mengulang klaim Israel tanpa verifikasi, media Barat telah ikut menciptakan kondisi yang memungkinkan pembantaian jurnalis di Gaza. Ia menyebut jumlah jurnalis yang tewas di Gaza dalam dua tahun terakhir lebih banyak dibandingkan korban di Perang Dunia I, Perang Dunia II, serta perang di Korea, Vietnam, Afghanistan, Yugoslavia, dan Ukraina digabungkan.
Zink juga menyinggung kasus Anas Al-Sharif, jurnalis Al Jazeera yang karyanya pernah meraih Pulitzer Prize untuk Reuters. Meski begitu, menurut Zink, Reuters tidak pernah membela Al-Sharif ketika ia masuk daftar target Israel, bahkan setelah Al-Sharif secara terbuka meminta perlindungan internasional.
“Reuters tidak membela Al-Sharif ketika militer Israel secara terang-terangan menyatakan niat membunuhnya setelah ia melaporkan krisis kelaparan di Gaza. Mereka juga gagal melaporkan kematiannya secara jujur setelah ia akhirnya diburu dan dibunuh,” tegas Zink.
Selama delapan tahun terakhir, foto-foto Zink yang meliput berbagai isu di provinsi padang rumput Kanada telah dipublikasikan di New York Times, Al Jazeera, hingga media internasional lainnya. Namun, ia mengaku kini tak lagi bisa merasa bangga mengenakan tanda pengenal pers Reuters.“Saya hanya merasakan rasa malu dan duka mendalam. Saya tidak tahu bagaimana mulai menghormati keberanian dan pengorbanan jurnalis Gaza yang menurut saya adalah yang paling berani dan terbaik yang pernah hidup. Tapi ke depan, saya akan mengarahkan kontribusi saya dengan hal itu selalu diingat,” tulisnya menutup pernyataan.







Kebenaran dan kejahatan tidak mungkin dapat berjalan beriringan..dan semoga fitnah-fitnah dapat di kalah_kan.. untuk kemanusiaan yang lebih baik..❤️
Kesadaran kemanusiaan meski Ia terikat dan dibingkai oleh media barat. Free Palestine
Keputusan Valerie Zink mundur dari Reuters adalah tamparan keras bagi kredibilitas media Barat. Ia berani menunjukkan bahwa ketika media memilih bungkam atau sekadar mengulang propaganda Israel, mereka bukan hanya mengkhianati publik, tetapi juga mengorbankan nyawa sesama jurnalis. Sikapnya mengingatkan kita bahwa integritas jurnalistik sejati tidak boleh tunduk pada narasi kekuasaan.
Kebenaran sudah tidak bisa disembunyikan. Sekarang semakin jelas bahwasanya Barat tak seindah yang dibayangkan
Membuktikan Bahwa Meskipun ditengah tengah kegelapan, Cahaya Nurani itu Masih Tetap Hidup Jurnalis tsb Tidak Sanggup Membohongi Hati Nurani yang memberontak Melihat Kebiadaban diGaza