
Kabar duka menyelimuti civitas akademika Universitas Amikom Yogyakarta. Seorang mahasiswa Prodi S1 Ilmu Komunikasi angkatan 2023, Rheza Sendy Pratama, dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (31/8). Jenazah almarhum telah tiba di rumah duka di Jaten, Sendangadi, Kapanewon Mlati, pada pukul 14.52 WIB menggunakan mobil jenazah.
Hingga saat ini, kronologi dan penyebab meninggalnya Rheza masih belum dapat dipastikan. Sejumlah unggahan di media sosial menyebut bahwa Rheza meninggal setelah mendapat tindakan represif aparat kepolisian ketika mengikuti aksi unjuk rasa di Yogyakarta.
Unggahan tersebut memicu gelombang simpati dan duka mendalam dari warganet. Namun, pihak Universitas Amikom menegaskan bahwa mereka masih menunggu informasi lebih lanjut terkait peristiwa tersebut. “Betul, dia (Rheza) salah satu mahasiswa kami. Yang bersangkutan ikut dalam aksi (unjuk rasa) di Mapolda DIY. Kalau penyebab kematiannya, ya, informasi yang beredar, video yang beredar memang begitu,” ujar Ahmad Fauzi, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Amikom Yogyakarta, seperti dikutip dari Tribun.
Universitas Amikom Yogyakarta menyampaikan belasungkawa melalui akun Instagram resminya, @amikomjogja, “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kami segenap keluarga besar Universitas Amikom Yogyakarta menyampaikan duka cita yang mendalam atas berpulangnya: Rheza Sendy Pratama (Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Angkatan 2023). Semoga Allah SWT menerima amal ibadah almarhum, menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya, serta memberikan ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga yang ditinggalkan.”
Selain itu, BEM Universitas Amikom Yogyakarta juga mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam rilisnya, BEM Amikom menyebut bahwa Rheza turut hadir dalam barisan mahasiswa saat aksi berlangsung. Mereka menuturkan, motor yang dikendarai Rheza mati ketika hendak berbalik arah, lalu aparat menembakkan gas air mata yang membuatnya terjatuh.
Saat itu, rekan yang dibonceng berhasil menyelamatkan diri, sementara Rheza justru dikepung aparat. “Kematian ini bukan hanya duka bagi keluarga, tapi juga cambuk bagi kita semua. Seorang mahasiswa tumbang bukan karena musibah biasa, melainkan dalam ruang perjuangan. Kita kehilangan seorang kawan, tapi kita tak boleh kehilangan daya juang,” tulis BEM Amikom dalam rilisnya.
Berita meninggalnya Rheza juga menjadi perbincangan luas di media sosial. Ratusan warganet menyampaikan rasa duka dan kemarahan atas peristiwa ini. Banyak yang menyoroti kerasnya tindakan aparat dalam menangani demonstrasi. “turut berduka cita. semoga orang terdekatnya bisa mengikhlaskan Rheza, amin. temenku juga kayak gitu min, dia ga meninggal di tangan aparat sih… tapi dia meninggal karena pendarahan di otak, setelah beberapa jam di pukulin sama keparat, dia koma, dan meninggal kemarin sore” tulis @KyrieeYb.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kampus dan keluarga masih menunggu informasi resmi terkait kronologi lengkap dan penyebab meninggalnya Rheza. Sementara itu, gelombang duka dan solidaritas terus mengalir, baik dari lingkungan kampus maupun masyarakat luas.






