Di tengah kondisi rumah yang sederhana dan penghasilan tak tetap, beasiswa menjadi penopang utama agar pendidikan Sahida bisa terus berjalan. Kisah inspiratif Sahida bahkan sampai ke jajaran pimpinan UGM. Rektor dan tim kampus sempat berkunjung langsung ke rumahnya untuk memastikan kondisi keluarga dan memberikan semangat.
Tak hanya itu, dosen ITB Imam Santoso juga datang mengantarkan hadiah laptop dan uang saku dari perusahaan swasta sebagai bentuk dukungan untuk Sahida. “Mohon doanya, semoga saya bisa mendapat beasiswa perintis dan dilancarkan perkuliahan,” ujar Sahida yang akan segera menempuh semester pertamanya di UGM.
Meski status ekonomi keluarganya membuat UKT (Uang Kuliah Tunggal) hanya dikenakan sebesar Rp6 juta per semester, Sahida tetap berkomitmen untuk mencari beasiswa demi meringankan beban orang tuanya.
Semangat pendidikan dalam keluarga Sahida tak hanya berhenti padanya. Anak ketiga, kakak Sahida, juga berhasil kuliah tanpa biaya di Universitas Pertahanan (Unhan) di Bogor. Sugi, sang ayah, menyatakan bahwa pendidikan anak adalah prioritas utama, meski ia harus bekerja keras sebagai buruh dan serabutan.
Kisah Sahida Ilmi adalah bukti nyata bahwa mimpi besar tak selalu tumbuh dari rumah besar. “Saya ingin anak-anak saya jadi orang besar. Meski kami hidup sederhana, kami ingin mereka punya masa depan lebih baik,” ungkap Sugi.Dari lantai tanah dan keterbatasan ekonomi, Sahida melangkah ke bangku Fakultas Kedokteran Gigi UGM dengan penuh semangat dan kerja keras. Namanya menjadi doa yang mewujud nyata: Ilmi, dari ilmu. Dan hari ini, ilmu itu akan terus ia cari dan bagi, demi masa depan yang lebih cerah.






