Selain Hambali, hadir juga Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI Prof Mansyur Ramli, Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI Prof Masrurah Mokhtar, hingga Bupati Bantaeng Muhammad Fathul Fauzy Nurdin. Hambali menjelaskan, kehadiran kampus ini lahir dari kolaborasi panjang UMI dan Pemkab Bantaeng, yang digagas sejak kepemimpinan Bupati Bantaeng 2008–2018 Prof Nurdin Abdullah, dan kini diteruskan oleh putranya, Muhammad Fathul Fauzy Nurdin.
“Kita bukan hanya meresmikan gedung, tetapi meneguhkan komitmen peradaban. Kami ingin kampus ini menjadi pusat lahirnya inovasi, kolaborasi lintas sektor, serta integrasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai keislaman,” ucap Hambali seperti dikutip dari Tribun.
Bupati Bantaeng, yang akrab disapa Uji Nurdin, menyambut gembira kehadiran UMI di daerahnya. Menurutnya, kampus ini menjawab harapan banyak keluarga di Bantaeng dan sekitarnya. “Karena memang permasalahan dihadapi, ada banyak anak-anak yang mau berkuliah, bukan karena faktor ekonomi, tetapi kebanyakan orang tua tidak mengizinkan kalau keluar dari Bantaeng,” katanya.
Ia berharap ke depan semakin banyak generasi muda Bantaeng yang bisa melanjutkan pendidikan hingga sarjana, serta kampus UMI dapat menjadi pusat penelitian untuk memecahkan berbagai persoalan lokal. Peresmian kampus bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-80, menjadi simbol bahwa semangat kemerdekaan dan komitmen pendidikan berjalan beriringan.
Dengan adanya Kampus UMI Bantaeng, akses pendidikan tinggi semakin dekat bagi masyarakat di wilayah selatan Sulawesi Selatan, termasuk Sinjai, Bulukumba, Jeneponto, hingga Selayar. Momentum ini sekaligus menegaskan peran UMI sebagai benteng ilmu pengetahuan, dakwah, dan pengabdian, serta rumah besar bagi kader-kader bangsa yang siap membawa perubahan menuju Indonesia Maju 2045.
“Dirgahayu RI, hidup UMI, dan hidup Indonesia,” seru Hambali.






