More

    Aksi Mogok Makan Medis Swiss Menyoroti Genosida Gaza

    Aksi mogok makan tenaga medis Swiss untuk memprotes genosida Gaza di depan gedung parlemen, Senin (8/9) (Foto: channel Telegram Free Palestine Network)

    SWISS, KabarKampus – Sejumlah tenaga medis di Swiss memulai aksi mogok makan untuk memprotes perang Gaza di depan gedung parlemen, Senin (8/9). Aksi ini menuntut pemerintah Swiss agar mengambil sikap lebih tegas terhadap Israel. Para tenaga medis yang tergabung dalam gerakan Swiss Healthcare Workers Against Genocide mengenakan jas putih dengan bercak darah palsu, membawa stetoskop, dan berpuasa bergantian selama 24 jam dalam sistem estafet sepanjang masa sidang parlemen September.

    “Apa yang dulu jadi pelindung hidup jas putih, kini seakan harus dilepas demi menyelamatkan diri. Itu tidak bisa ditoleransi, dan tidak bisa diterima bila kita diam saja,” kata Profesor Pietro Majno-Hurst, seorang ahli bedah sekaligus anggota gerakan tersebut, seperti dikutip dari Israel Times.

    Mereka mendesak pemerintah Swiss agar tidak hanya mengutuk serangan, tetapi juga mempertimbangkan sanksi terhadap Israel atau bahkan mengakui negara Palestina. Di Jenewa, Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Türk menyampaikan pidato keras dalam sidang Dewan HAM PBB. 

    - Advertisement -

    Ia menuduh pejabat tinggi Israel menggunakan retorika genosida terhadap warga Palestina di Gaza dan menyerukan langkah internasional yang tegas untuk menghentikan pertumpahan darah. “Saya terkejut dengan penggunaan bahasa genosida yang terbuka, serta dehumanisasi terhadap rakyat Palestina,” ujar Türk.

    Ia juga menyinggung sejumlah pernyataan kontroversial pejabat Israel, seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir yang menyerukan membuka pintu neraka di Gaza, hingga Menteri Lingkungan Hidup Idit Silman yang mengatakan solusi bagi Gaza adalah mengosongkannya dari warganya.

    Menurut Türk, situasi di Gaza kini ibarat kuburan besar akibat penderitaan dan kehancuran yang tak terbayangkan. Ia menekankan Israel memiliki kewajiban hukum internasional untuk mencegah genosida, menghukum hasutan genosida, dan memastikan bantuan kemanusiaan sampai kepada rakyat Palestina.

    Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari 1.100 orang di Israel, militer Israel melancarkan operasi besar-besaran ke Gaza. Menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 64.000 warga Gaza telah tewas hingga kini. Angka ini tidak dapat diverifikasi secara independen dan tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.

    Sementara itu, PBB melaporkan bahwa sebagian wilayah Gaza telah mencapai level kelaparan parah sesuai klasifikasi tertinggi kelaparan global. Israel menolak laporan tersebut dan menuding Hamas menyabotase distribusi bantuan.

    Profesor Karl Blanchet dari Geneva Center of Humanitarian Studies, yang turut serta dalam aksi di Swiss, menyebut pemerintah terlalu pasif. “Saat ini pemerintah terlihat diam, tidak aktif, bahkan bisa dibilang pengecut. Sekarang waktunya untuk berubah,” tegasnya.

    Meski Israel telah meninggalkan Dewan HAM PBB awal tahun ini dan menolak tuduhan genosida, tekanan dari komunitas internasional semakin menguat. “Komunitas internasional sedang gagal melindungi rakyat Gaza. Di mana langkah tegas untuk mencegah genosida?” tutup pidatonya.

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here