Pidato ini juga menjadi cermin bagi jurnalis Barat yang dianggap bungkam terhadap tragedi rekan-rekan mereka di Gaza. Kegagalan moral ini menimbulkan pertanyaan, “mengapa media besar enggan menyuarakan pembantaian terhadap sesama pekerja pers?” Di sisi lain, keberanian jurnalis Palestina menunjukkan bahwa kebenaran tidak bisa dibom.
Meski nyawa mereka terenggut, pesan yang mereka tinggalkan tetap hidup dan menentang kekuasaan yang berupaya menyensor fakta. “Mereka mendokumentasikan pemusnahan mereka sendiri, kelaparan mereka sendiri secara langsung. Jadi, mereka telah menunjukkan kepada dunia, bahwa Anda tidak dapat mem-bom kebenaran.” ucap Hasan yang diikuti serentak para penontonnya.
Pidato tersebut diakhiri dengan seruan moral, yaitu menghormati pengorbanan jurnalis Palestina bukan dengan ketakutan atau diam, melainkan dengan suara yang lantang dan keberanian untuk meneruskan perjuangan mereka. “Suara Anda adalah suara kami. Perjuangan Anda adalah perjuangan kami. Dan kebenaran Anda tidak mati,” tegas Hasan.
Pidato ini tidak hanya mengungkap realitas kelam di Gaza, tetapi juga mengingatkan dunia tentang pentingnya keberanian jurnalisme. Bagi mahasiswa dan akademisi, pesan ini menjadi refleksi tentang bagaimana informasi dibentuk, dimanipulasi, atau justru ditegakkan dengan nyawa.
Dunia digital memberi ruang bagi suara-suara alternatif, dan di sanalah publik ditantang untuk memilah serta menyuarakan kebenaran.







Salut untuk keberanian Mehdi Hasan. Semoga lebih banyak jurnalis di dunia yang berani berdiri di sisi kemanusiaan, bukan di sisi propaganda.
Sungguh menyedihkan,Jurnalis yg telah mengorbankan nyawa,mereka harus nya adalah Pahlawan,bekerja bertaruh nyawa utk membuka mata dunia…mari kita teruskan perjuangan para jurnalis utk tetap menyuarakan dan membela kebenaran …
Kebenaran di kabur_kan..
Dan kejahatan pembunuhan masal di anggap normal dan biasa..
.
.
Itu_lah hari ini..
Tapi kebenaran akan menang..karena begitulah janji Nyang telah tertulis✌️