Dalam deklarasi tersebut, DEMA STAI Nurul Hidayah menyampaikan lima poin pernyataan sikap, antara lain mendukung penuh gerakan mahasiswa di seluruh Indonesia, menolak tindakan anarkisme, meminta pembebasan aktivis yang ditahan, mendorong DPRD Meranti untuk meningkatkan kinerja, serta meminta kepala daerah bersikap terbuka terhadap kritik dan aspirasi.
“Semoga suara yang lahir dari nurani mahasiswa ini dapat menjadi perhatian serius bagi para pemangku kebijakan, demi terciptanya keadilan, kesejahteraan, dan kemajuan bangsa Indonesia.” tulisnya lebih lanjut.
Wakil Ketua DEMA, Amrizal, turut membacakan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden RI, H. Prabowo Subianto, terkait gelombang unjuk rasa yang terjadi sejak 25 Agustus 2025 di berbagai daerah. Amrizal menyampaikan keprihatinannya terhadap tindakan represif aparat terhadap demonstran.
“Kami melihat situasi saat ini sangat mengkhawatirkan, terutama karena kekerasan aparat yang terus terjadi sepanjang aksi unjuk rasa,” bebernya.
Ia menilai sempitnya ruang dialog antara pemerintah dan masyarakat menjadi salah satu pemicu akumulasi kemarahan publik. “Ketika masyarakat ingin menyampaikan persoalan yang dihadapinya dengan kesulitannya, ruang seperti ada tersedia tapi tidak mudah diakses, kami seperti dianggap musuh, padahal kami hanya ingin menunjukan rasa cinta terhadap negara ini,” imbuhnya.
Dalam surat terbuka tersebut, DEMA STAI Nurul Hidayah mendesak Presiden untuk membuka ruang dialog, menghapus tunjangan DPR yang dianggap berlebihan, meningkatkan kesejahteraan guru, serta membebaskan aktivis yang masih ditahan.
“Semoga Pak Presiden mendengar suara hati kami. Kami yakin dan percaya Pak Presiden adalah seorang kesatria dan berjiwa besar dan mencintai masyarakat Indonesia termasuk salah satunya kami para aktivis Indonesia.” tutup Amrizal.






