
DEPOK, KabarKampus – Universitas Indonesia (UI) kembali menjadi sorotan publik setelah serangkaian kontroversi terkait penggunaan logo, kehadiran tokoh pro-Israel, hingga insiden di acara wisuda. Kasus pertama mencuat setelah logo Universitas Indonesia dicatut dalam publikasi kegiatan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XX yang rencananya digelar Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) pada 15–17 Oktober 2025 di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Kegiatan tersebut sempat menimbulkan protes, terutama karena disebut akan menghadirkan akademisi Israel, Ronit Ricci. Komunitas UI Students for Justice in Palestine (UISJP) bahkan menegaskan bahwa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI sama sekali tidak terlibat.
Melalui pengumuman resmi bernomor PENG-5020/UN2.F7.D/HMI.01/2025 yang ditandatangani Dekan FIB, Bondan Kanumoyoso, pada 15 September 2025, pihak fakultas menyatakan tidak memiliki afiliasi dengan kegiatan tersebut.
Belakangan, MANASSA menyampaikan permintaan maaf terbuka atas penggunaan logo UI tanpa izin. Dalam pernyataan resmi di Instagram, mereka menegaskan acara tidak diselenggarakan atas nama UI maupun bekerja sama dengan Perpusnas RI, sekaligus mengumumkan adanya perubahan narasumber.
Kontroversi sebelumnya terjadi saat acara wisuda dan penyambutan mahasiswa baru di Balairung UI pada 11 September 2025. Ketika Rektor UI, Prof. Heri Hermansyah, memperkenalkan program Dana Abadi UI. Namun sejumlah hadirin meneriakinya dengan sebutan “zionis”.
Dana Abadi UI sendiri merupakan inisiatif strategis untuk mendukung tridarma perguruan tinggi, termasuk penyediaan beasiswa dan pengembangan riset. Menanggapi insiden ini, Prof. Arie Afriansyah, Direktur Humas UI, menegaskan bahwa sesi tersebut hanya bertujuan memperkenalkan Dana Abadi kepada mahasiswa dan orang tua.
Ia menekankan bahwa program ini ditujukan untuk kepentingan sivitas akademika, terutama mahasiswa dengan keterbatasan finansial. “Dana abadi itu dikelola untuk kepentingan sivitas akademika. Mulai dari pengembangan riset hingga membantu para mahasiswa yang memiliki keterbatasan finansial untuk menyelesaikan studinya,” terang Arie seperti dikutip dari Tribun.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>







Universitas harus menjadi mercusuar ilmu sekaligus moral. Jangan sampai nama baik UI dicemari oleh tuduhan keberpihakan kepada penjajah yang menindas rakyat Palestina. Ingat, setiap langkah kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dukungan pada Palestina adalah kewajiban kemanusiaan sekaligus amanah keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa umat Islam itu satu tubuh sakit satu, sakit semua. Semoga UI senantiasa berpihak pada kebenaran dan tidak goyah oleh kepentingan duniawi.