More

    Batas Antara Hidup dan Mati di Garis Kuning Gaza

    Infografis via All About Palestine.

    Meski gencatan senjata telah disepakati sejak 10 Oktober lalu, situasi kemanusiaan di Gaza masih memprihatinkan.

    Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa dari 6.600 truk bantuan yang dijanjikan, baru 986 truk yang berhasil masuk hingga Senin malam. Rata-rata hanya 89 truk per hari, jauh di bawah target 600 truk harian yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.

    Pihak berwenang di Gaza menegaskan bahwa bantuan yang masuk harus mencakup makanan, obat-obatan, bahan bakar, serta gas memasak, guna memastikan warga dapat bertahan hidup dengan layak. “Jumlah ini tidak cukup untuk menutupi kebutuhan minimum masyarakat. Kebijakan pembatasan, kelaparan, dan tekanan kemanusiaan masih terus diterapkan oleh pihak pendudukan.” tulis laporan tersebut.

    - Advertisement -

    Situasi di Gaza dan Tepi Barat menggambarkan betapa kompleks dan rentannya kehidupan warga Palestina di tengah konflik yang tak kunjung usai. Garis kuning yang membelah Gaza kini bukan sekadar batas wilayah, melainkan simbol keterasingan dan kehilangan batas antara mereka yang masih bisa bertahan hidup dan mereka yang gugur tanpa sempat pulang.

    - Advertisement -

    3 COMMENTS

    1. Garis kuning itu bukan sekadar batas wilayah tapi batas antara hidup dan mati, antara harapan dan keputusasaan.
      Membaca kisah keluarga Abu Shaaban dan penderitaan warga Gaza, rasanya seperti menyaksikan kemanusiaan perlahan dihapus dari peta dunia.
      Sudah habis kata-kata untuk menggambarkan derita mereka… namun kita tidak boleh berhenti bersuara.
      Sebab diam adalah bentuk lain dari menyerah.

    2. Yaa Allah, betapa beratnya penderitaan mereka.
      Malu rasanya menjadi manusia yang tak berbuat sesuatu di hadapan mereka.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here