More

    Gelombang Demonstrasi “No Kings” Guncang Amerika Serikat

    Demonstrasi “No Kings” di Amerika Serikat. (Foto: Stephen Maturen/Getty Images via Axios)

    NEW YORK, KabarKampus – Gelombang demonstrasi besar bertajuk “No Kings” mengguncang Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu. Aksi ini diikuti oleh jutaan warga di lebih dari 2.600 kota di 50 negara bagian, menandai salah satu unjuk rasa terbesar selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Gerakan ini digagas oleh organisasi progresif Indivisible, sebagai bentuk perlawanan terhadap kepemimpinan Trump yang dinilai semakin otoriter dan bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi Amerika. “Tidak ada yang lebih Amerika daripada mengatakan ‘Kami tidak memiliki raja’ dan menggunakan hak kami untuk berdemonstrasi secara damai,” ujar Leah Greenberg, salah satu pendiri Indivisible, seperti dikutip dari CNN.

    Meski melibatkan jutaan orang, aksi “No Kings” berlangsung dalam suasana damai dan meriah. Banyak peserta mengenakan pakaian berwarna merah, putih, dan biru warna bendera nasional AS serta membawa balon raksasa dan spanduk bertuliskan kritik terhadap otoritarianisme.

    - Advertisement -

    Di Times Square, New York, kepolisian melaporkan tidak ada penangkapan, meskipun lebih dari 100.000 orang memadati jalanan. Aksi serupa juga terjadi di Boston, Philadelphia, Atlanta, Chicago, Denver, Los Angeles, hingga Seattle. Di Seattle, massa melakukan long march sejauh satu kilometer menuju kawasan Space Needle, sementara di San Diego, sekitar 25.000 warga berunjuk rasa secara tertib. 

    Banyak demonstran datang bersama keluarga, anak-anak, bahkan hewan peliharaan mereka. Salah satu peserta, Aliston Elliot, tampil dengan hiasan kepala Patung Liberty dan membawa poster bertuliskan “No Wannabe Dictators” (Tidak Ada Calon Diktator).

    Para pengunjuk rasa menyuarakan keprihatinan terhadap serangkaian kebijakan Trump sejak ia kembali menjabat pada Januari lalu. “Kami ingin menunjukkan dukungan bagi demokrasi dan menolak penyalahgunaan kekuasaan,” ujarnya kepada Channel NewsAsia.

    Pemerintahannya dianggap menekan kelompok minoritas, memperketat kebijakan imigrasi, hingga menggunakan pasukan Garda Nasional untuk merespons demonstrasi dengan dalih menjaga ketertiban. Bagi banyak warga, tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk kemunduran demokrasi. 

    Mereka menilai Trump telah berperilaku seperti “raja” yang menantang lembaga legislatif dan yudikatif, sebuah alasan di balik pemilihan frasa “No Kings” sebagai simbol perlawanan.

    Respons Kontroversial Donald Trump

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here