More

    Gelombang Demonstrasi “No Kings” Guncang Amerika Serikat

    Demonstrasi “No Kings” di Amerika Serikat. (Foto: Jeff Kowalsky/AFP/Getty Images via Axios)

    Respons Kontroversial Donald Trump

    Sebagai tanggapan, Presiden Trump mengunggah video berbasis kecerdasan buatan (AI) di platform Truth Social. Dalam video berdurasi 19 detik itu, versi AI dirinya digambarkan mengendarai jet tempur bertuliskan “King Trump” dan menjatuhkan cairan berwarna cokelat ke arah para demonstran termasuk sosok yang menyerupai aktivis sayap kiri Harry Sisson.

    Video ini segera menuai kritik luas karena dianggap mengejek dan meremehkan suara rakyat. Namun, Trump tetap menepis tudingan tersebut. “Mereka bilang saya raja. Saya bukan raja,” katanya dalam sebuah pernyataan. “Saya dengar tak banyak orang yang hadir. Tapi biarlah mereka bersenang-senang.” ucapnya seperti dikutip dari CNBC

    - Advertisement -

    Ketua DPR AS Mike Johnson dari Partai Republik mengecam aksi tersebut, menyebutnya sebagai “demo kebencian terhadap Amerika.” Namun, banyak analis politik berpendapat bahwa protes damai ini justru menunjukkan kesehatan demokrasi Amerika, di mana warga masih berani menyuarakan pendapat mereka secara terbuka.

    Sementara itu, veteran Korps Marinir Daniel Aboyte Gamez (30), yang ikut aksi di Houston bersama 5.000 orang lainnya, mengaku prihatin dengan arah politik negaranya. “Saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan negara ini,” ujarnya.

    Meskipun Presiden Trump dan pendukungnya mencoba mengecilkan arti gerakan ini, jutaan warga Amerika melihat “No Kings” sebagai peringatan penting bahwa kekuasaan tanpa batas harus selalu diawasi. Dengan musik, parade, dan pesan kuat yang disampaikan melalui poster dan pidato, aksi ini menjadi pengingat bahwa demokrasi Amerika masih berdenyut kuat, bahkan di tengah gejolak politik yang memecah belah.

    Aksi “No Kings” menjadi simbol penolakan terhadap otoritarianisme dan sekaligus perayaan atas kebebasan berekspresi yang masih dijunjung tinggi di Amerika Serikat. “Amerika tidak butuh raja. Kami butuh pemimpin yang menghormati konstitusi,” ujar salah satu peserta di Seattle.

    Meski terjadi di tengah ketegangan politik, demonstrasi ini membuktikan bahwa suara rakyat masih menjadi kekuatan utama dalam menjaga demokrasi di mana pun dan kapan pun.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here