Gelombang protes juga meluas ke Swiss, dengan ribuan orang memenuhi jalanan di Jenewa, Bern, hingga Zurich. Sementara di London, ratusan demonstran berjalan dari Parliament Square menuju Whitehall, menuntut diakhirinya blokade Gaza.
Tak ketinggalan di Yunani, ribuan orang beraksi di Athena dan kota-kota lain. Mereka menuntut pembebasan 27 warga Yunani yang ditahan dalam flotilla, sembari menyerukan “Akhiri genosida di Gaza” dan “Buka blokade, bebaskan Palestina”.
Di Italia ratusan ribu orang membanjiri jalan-jalan di berbagai kota. Serikat buruh italia memimpin aksi mogok umum yang menutup jalan, pelabuhan dan bandara.
Menurut International Committee to Break the Siege on Gaza (ICBSG), setidaknya 22 kapal flotilla telah diserang dan disita Israel, sementara 19 lainnya kemungkinan bernasib sama. Dari puluhan kapal yang berangkat pada akhir Agustus lalu, hanya sebagian kecil yang masih berlayar menuju Gaza.
Flotilla kali ini disebut sebagai misi laut terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Namun, Israel tetap memperketat blokade yang telah diberlakukan sejak 2007. Penutupan total perbatasan pada Maret 2025 memperparah krisis kemanusiaan, dengan pasokan makanan dan obat-obatan terhenti.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 66.200 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. PBB serta organisasi HAM internasional berulang kali memperingatkan bahwa Gaza berada di ambang kehancuran total akibat kelaparan, penyakit, dan serangan militer yang terus berlanjut.






