More

    Kolaborasi Pemerintah dan Kampus Hadapi Cuaca Ekstrem

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, penyebab utama panas ekstrem saat ini adalah posisi gerak semu matahari yang sedang berada di selatan ekuator. Tapi bukan cuma itu, faktor lokal seperti efek pulau panas perkotaan (urban heat island) juga ikut bikin suasana makin gerah.

    Menurut Prof. Dr. Djati Mardiatno, Kepala PSLH Universitas Gadjah Mada (UGM), panas ekstrem ini nggak sekadar karena posisi matahari, tapi juga akibat perubahan tata kota dan perilaku manusia. “Bangunan makin banyak, lahan hijau makin berkurang, itu bikin suhu kota jadi lebih panas,” jelasnya seperti dikutip dari Berita Satu.

    Beliau juga menyoroti perilaku warga yang justru memperburuk situasi. Meski beberapa wilayah udah mulai diguyur hujan, hawa panas masih terasa karena radiasi matahari terpantul balik oleh awan, bikin suhu di permukaan tetap tinggi. “Banyak orang pakai AC buat ngademin diri, tapi efeknya malah nambah panas di sekitar,” tambah Djati.

    - Advertisement -

    Sebagai langkah jangka panjang, Prof. Djati menegaskan pentingnya menambah ruang terbuka hijau (RTH) dan menanam pohon di area perkotaan. Vegetasi hijau bukan cuma mempercantik kota, tapi juga bisa menurunkan suhu dan memperbaiki kualitas udara.

    Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan di tengah suhu ekstrem. Warga disarankan menghindari aktivitas luar ruangan pada pukul 10.00–15.00 WIB dan selalu memakai pelindung diri kalau harus keluar rumah. “Tutupan pohon membantu mengurangi panas dan bikin udara lebih sejuk,” katanya.

    Nah, di sinilah peran mahasiswa jadi krusial. Melalui PSLH dan berbagai inisiatif kampus, mahasiswa bisa ikut terjun dalam riset, advokasi, atau bahkan proyek lingkungan kecil di sekitar kampus,  mulai dari penanaman pohon, pengelolaan sampah, hingga kampanye hemat energi.

    Langkah kecil tapi konsisten bisa bikin dampak besar. Kalau generasi muda mau ikut bergerak, isu perubahan iklim dan cuaca ekstrem bisa kita lawan bareng-bareng. Kolaborasi antara kampus dan pemerintah bukan cuma simbolis, tapi jadi gerakan nyata buat menghadapi tantangan lingkungan. Sementara itu, cuaca ekstrem yang makin sering terjadi harus jadi alarm buat kita semua, bahwa menjaga bumi bukan tugas satu pihak aja, tapi tanggung jawab bersama, mulai dari lingkungan terkecil, yaitu kampus dan diri sendiri.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here