More

    Pakaian Perempuan dan Logika Terbalik Laki-Laki

    Perempuan dan Hak atas Tubuhnya

    Di sisi lain, ada perempuan yang memilih berpakaian terbuka — entah karena ekspresi diri, kenyamanan, gaya hidup, atau alasan lainnya. Kemudian muncul reaksi: “Kalau begitu, jangan salahkan laki-laki kalau dilecehkan.” Kalimat ini sangat bermasalah karena secara tidak langsung menghapus hak perempuan untuk tidak dilecehkan.

    Perempuan berpakaian terbuka bukan berarti mereka “mengundang” siapa pun untuk menyentuh, menggoda, atau melecehkan. Sama halnya seperti seseorang yang memakai perhiasan mahal tidak berarti ia mengizinkan dicopet. Tubuh perempuan bukan ruang publik yang boleh diakses seenaknya hanya karena terlihat.

    - Advertisement -

    Sayangnya, banyak masyarakat yang masih sulit memisahkan antara “melihat” dan “berhak”. Laki-laki boleh saja melihat — dalam arti secara kasat mata — tapi itu bukan tiket untuk berperilaku seenaknya. Pelecehan terjadi bukan karena pakaian, tapi karena adanya keinginan untuk melakukan tindakan tidak pantas dan merasa itu bisa dimaafkan.

    Logika Terbalik yang Bahayanya Nyata

    Ketika tanggung jawab dialihkan ke perempuan, muncul efek domino. Pertama, korban sering disalahkan. Dalam banyak kasus pelecehan, yang pertama ditanya bukan “apa yang pelaku lakukan?”, tapi “waktu itu kamu pakai baju apa?”. Seolah-olah pelecehan itu bisa dimaklumi kalau pakaian korban dianggap “mengundang”.

    Kedua, pelaku jadi merasa aman. Kalau setiap tindakan bisa ditutupi dengan alasan “bajunya terbuka”, maka mereka tidak akan merasa perlu mengoreksi perilaku sendiri. Ini yang bikin kasus pelecehan terus berulang — bukan karena perempuan makin terbuka, tapi karena pelaku tidak pernah benar-benar diberi tanggung jawab.

    Ketiga, perempuan jadi terbebani untuk “melindungi diri” dengan cara berpakaian tertentu. Akibatnya, ruang gerak perempuan jadi sempit. Mereka harus terus berpikir dua kali, bukan karena ingin, tapi karena takut disalahkan kalau terjadi sesuatu. Ini jelas tidak adil.

    Budaya Patriarki dan Pembiasaan yang Salah

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here