More

    PBB Kecam Serangan Udara Israel yang Mengerikan di Gaza

    Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan, lebih dari 100 warga Palestina tewas sejak Selasa malam, termasuk 46 anak-anak dan puluhan perempuan. Setidaknya 253 orang lainnya luka-luka akibat serangan itu. Sejak gencatan senjata dimulai, total korban mencapai 211 jiwa, sementara 597 orang terluka. 

    Jika dihitung sejak awal eskalasi pada Oktober 2023, lebih dari 68.000 warga Palestina telah tewas yang sebagian besar perempuan dan anak-anak. Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Turk, menyebut serangan terbaru ini sebagai “salah satu yang paling mematikan sejak awal gencatan senjata.”

    Turk menekankan bahwa Israel harus mematuhi hukum kemanusiaan internasional yang mengharuskan perlindungan terhadap warga sipil dan fasilitas publik. “Laporan yang menyebut lebih dari 100 warga Palestina tewas dalam semalam akibat gelombang serangan udara Israel terhadap bangunan tempat tinggal, tenda pengungsi, dan sekolah di seluruh Jalur Gaza sungguh mengerikan,” kata Turk.

    - Advertisement -

    Ia mendesak semua pihak untuk menghormati kesepakatan damai dan meminta negara-negara dengan pengaruh besar di kawasan agar ikut menekan kedua belah pihak agar mematuhi gencatan senjata. “Sungguh menyedihkan bahwa pembunuhan ini terjadi tepat ketika warga Gaza yang telah lama menderita mulai merasa ada harapan bahwa rentetan kekerasan tanpa henti itu akan berakhir,” ujarnya.

    Di tengah derasnya informasi dan disinformasi tentang konflik Gaza, mahasiswa dan generasi muda di seluruh dunia punya peran penting dalam menyuarakan kemanusiaan terutama dalam dua tahun terakhir ini. “Dua tahun terakhir telah membawa penderitaan yang tak terbayangkan, serta hampir menghancurkan seluruh Gaza. Kita tidak boleh membiarkan kesempatan untuk mewujudkan perdamaian dan masa depan yang lebih aman ini lepas dari genggaman,” kata Turk.

    Melalui media sosial, kampanye solidaritas digital, hingga diskusi kampus, suara generasi Z menjadi bagian penting dalam membentuk opini global tentang perdamaian dan keadilan. Bagi mahasiswa, memahami isu global seperti ini bukan sekadar empati.

    Melainkan juga bentuk literasi digital dan sosial yang relevan dengan dunia modern. Di era di mana narasi bisa mempengaruhi kebijakan, menjadi generasi yang peka, kritis, dan berempati adalah bentuk nyata kontribusi terhadap kemanusiaan.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here