More

    Pelajaran dari QS dan THE World University Rankings 2026

    Oleh: Aprialdi Soeherman

    Lembaga pemeringkatan internasional Quacquarelli Symonds (QS) dan Times Higher Education (THE) kembali merilis daftar universitas terbaik dunia untuk tahun 2026. Seperti biasa, publikasi ini memicu perbincangan hangat di kalangan akademisi, mahasiswa, dan pemerhati pendidikan, yaitu tentang siapa yang naik peringkat, siapa yang turun, dan apa maknanya bagi masa depan pendidikan tinggi, khususnya di Asia Tenggara.

    Lebih dari sekadar angka, pemeringkatan universitas kini menjadi cermin peradaban. Ia menggambarkan bagaimana sebuah bangsa menempatkan pengetahuan sebagai pilar pembangunan, bukan sekadar formalitas administratif. Tahun ini, Universiti Malaya (UM) menorehkan sejarah baru dengan menempati peringkat 58 dunia.

    - Advertisement -

    Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pendidikan tinggi Malaysia. Di bawahnya, universitas besar Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI) berada di posisi 189, UGM di 224, ITB di 255, dan IPB di 399. Keberhasilan Malaysia bukan hasil instan. Sejak awal 2000-an, negeri jiran ini menjalankan National Higher Education Strategic Plan, menempatkan universitas sebagai motor utama ekonomi berbasis pengetahuan. 

    Empat kampus besar Malaysia, yaitu UM, UKM, USM, dan UPM, diberi status Research University, dengan pendanaan khusus, target publikasi internasional, dan dorongan untuk menjalin kolaborasi global. Menurut Waode Nurmuhaemin, seorang penuls buku dan novel pendidikan, kebijakan pendidikan tinggi Malaysia dijalankan dengan konsistensi jangka panjang, tanpa pergantian kebijakan mendadak setiap kali ada perubahan pemerintahan.

    “Para dosen mendapatkan insentif jika berhasil menerbitkan riset di jurnal Q1, sementara mahasiswa doktoral difasilitasi untuk ikut dalam jejaring penelitian luar negeri. Kebijakan ini berlangsung lebih dari 20 tahun tanpa perubahan drastis sebuah bentuk konsistensi yang jarang terlihat di Asia Tenggara,” tulisnya dalam kolom di Kompas berjudul: Tentang Rangking Kampus Dunia: Belajarlah Dari Malaysia 

    Baginya, Indonesia sejatinya tidak kekurangan ide atau sumber daya manusia cerdas. Namun, yang masih menjadi tantangan adalah arah kebijakan yang berkelanjutan. Dalam dua dekade terakhir, setiap menteri pendidikan membawa jargon baru: World Class University, Kampus Merdeka, Matching Fund, hingga MBKM. 

    Semua ide ini progresif di atas kertas, namun sering terhambat di tataran implementasi. Masalah terbesar bukan pada gagasannya, melainkan kurangnya kontinuitas dan fokus riset. Perubahan kebijakan yang terlalu sering membuat banyak program kembali ke titik awal. 

    Dosen pun lebih banyak tersita waktunya untuk urusan administrasi ketimbang menulis atau meneliti. Energi akademik terserap oleh tumpukan laporan dan format pelaporan digital. Riset di Indonesia pun masih banyak berorientasi pada proyek dan serapan anggaran, bukan pada hasil ilmiah jangka panjang. 

    Namun, di tengah keterbatasan itu, muncul potensi besar dari diaspora ilmuwan Indonesia, komunitas riset independen, hingga kolaborasi digital antar mahasiswa yang mulai menembus dunia. Tantangannya kini adalah bagaimana menjadikan potensi tersebut sebagai ekosistem berkelanjutan, bukan hanya inisiatif sporadis.

    Malaysia tampaknya lebih dulu memahami bahwa reputasi akademik adalah bentuk kepercayaan dunia terhadap integritas ilmiah, kualitas riset, dan keterbukaan kolaborasi. Sementara Indonesia masih sibuk mengukur angka dan indikator kinerja, Malaysia fokus membangun makna dan kepercayaan.

    “Kini hasilnya terlihat jelas. Lebih dari lima universitas Malaysia menembus 100 besar dunia. Bahkan kampus swasta seperti Taylor’s University dan UCSI University ikut masuk dalam peta global,” tulis Waode.

    Universitas seharusnya bukan sekadar pabrik ijazah atau mesin akreditasi, tetapi ruang refleksi dan kebaruan ide. Pendidikan tinggi mesti menjadi percakapan lintas ilmu dan budaya, bukan sekadar administrasi yang rapi.

    THE World University Rankings 2026

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here