Emigrasi sebagai Tren Jangka Panjang
Data pemerintah Israel dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan pola yang menguatkan temuan survei. Berdasarkan laporan Ynet serta data resmi negara, antara 2020–2024 terjadi migrasi negatif sebesar 145.900 orang, artinya jauh lebih banyak yang pergi dibanding kembali.
Tahun 2023 mencatat rekor 82.800 warga meninggalkan Israel. Dalam delapan bulan pertama 2024, sudah ada 49.000 orang yang pergi. Anggota Knesset Gilad Kariv bahkan menyebut gejala ini sebagai tsunami yang menilai bahwa kebijakan pemerintah sebelum perang dan minimnya perhatian pada aspek sipil memperdalam perpecahan masyarakat.
Sebagai respons, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, pada 6 November lalu, mengumumkan insentif pajak penghasilan nol selama dua tahun bagi imigran baru dan warga Israel yang kembali pada 2026. Kebijakan ini yang bertujuan menarik pekerja terampil dan investor di tengah ancaman eksodus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun data kementerian menunjukkan bahwa delapan dari sepuluh warga Israel yang kini tinggal di luar negeri tidak berniat kembali, meski terjadi peningkatan imigrasi masuk sejak pecahnya konflik Gaza. Selain temuan ilmiah, dinamika sosial Israel sejak serangan 7 Oktober 2023 menambah gambaran bahwa negara itu sedang mengalami perubahan besar.
Serangan tersebut bukan hanya mengguncang aspek keamanan, tetapi juga psikologi kolektif masyarakat Israel. Data Biro Pusat Statistik Israel menunjukkan bahwa pada 2024 terdapat sekitar 82.700 warga Israel yang menetap di luar negeri yang menjadi angka tertinggi dalam dua dekade.
Jika dihitung sejak 2022 hingga pertengahan 2024, lebih dari setengah juta warga Israel tercatat keluar dari negara tersebut. Fenomena ini banyak dipicu oleh hilangnya rasa aman, tekanan ekonomi, serta ketidakstabilan politik. Konflik panjang di Gaza, mobilisasi militer besar-besaran, dan tingginya biaya hidup membuat banyak keluarga muda dan profesional mempertimbangkan untuk membangun hidup di luar negeri.
Negara-negara seperti Siprus, Prancis, Jerman, Kanada, dan Amerika Serikat muncul sebagai tujuan populer. Laporan internasional juga mencatat bahwa komunitas Yahudi di Eropa mengalami peremajaan karena kedatangan warga Israel yang bermigrasi dalam jumlah besar.
Dampak Sosial dan Risiko Jangka Panjang
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






