Dari Penjara ke Sejarah
Sebagai salah satu yang diculik, saya tahu rasanya menjadi angka di balik laporan.
Saya tahu rasa dingin lantai ruang sempit itu. Saya tahu suara langkah yang menandakan siksaan akan dimulai. Tapi yang paling saya tahu: ketakutan hanya bisa dikalahkan oleh keyakinan bahwa kebenaran tidak bisa dibungkam selamanya.
Kami tidak menuntut balas, hanya kebenaran. Kami tidak ingin gelar, hanya pengakuan bahwa apa yang kami perjuangkan bukan kesalahan. Karena jika orang yang memerintahkan penindasan diangkat jadi pahlawan, maka sejarah bangsa ini akan berubah menjadi ironi:
Para korban dianggap pemberontak, dan para penindas disebut penyelamat.
Apakah begitu cara bangsa ini ingin mengajarkan generasi mudanya tentang makna keadilan?
Pertanyaan untuk Masa Depan
Saya tidak ingin menulis dengan amarah.
Saya hanya ingin bertanya — dengan tenang, dengan suara hati yang jujur:
Jika Soeharto diangkat menjadi pahlawan, lalu kami ini siapa?
Apakah korban menjadi pengkhianat?
Apakah perjuangan menjadi kesalahan?
Apakah demokrasi yang kini kita nikmati lahir dari pengkhianatan, bukan pengorbanan?
Bangsa yang sehat tidak takut menghadapi masa lalunya.
Bangsa yang besar bukan yang melupakan luka, tapi yang berani menyembuhkannya dengan kejujuran.
Kita tidak sedang menolak menghormati tokoh masa lalu, kita hanya menolak menistakan makna kepahlawanan. Karena pahlawan sejati tidak pernah lahir dari kekuasaan yang membungkam, melainkan dari keberanian yang memerdekakan.
Penutup
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






