
Sebagai Keynote Speaker, Lt. Gen. A.K. Bhatt, Direktur Jenderal Indian Space Association (ISpA), memaparkan perjalanan panjang India dalam membangun program antariksa nasional. “Fokus kami selalu sederhana: bagaimana teknologi antariksa dapat membantu kehidupan rakyat, bukan sekadar mencapai planet lain,” ungkapnya.
India, dengan anggaran terbatas, berhasil menjadi salah satu negara yang mendaratkan wahana di kutub selatan bulan dan kini menumbuhkan ratusan startup ruang angkasa yang digerakkan anak muda. Ia menegaskan perlunya kolaborasi lintas kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara agar kemajuan ekonomi ruang angkasa dapat dinikmati bersama.
Shantanu K. Bansal, pendiri Indian Aerospace and Defence News (IADN), menekankan peran penting media dalam membangun kesadaran publik terhadap isu antariksa. Melalui platform digital IADN, ia mengembangkan jurnalisme berbasis data dan analisis untuk meningkatkan literasi sains di kalangan masyarakat.
Sementara itu, Prof. Dr. Erna Sri Adiningsih, Direktur Eksekutif Indonesian Space Agency (INASA) – BRIN, menjelaskan arah kebijakan ruang angkasa nasional dan pentingnya pengelolaan space debris serta peningkatan space situational awareness.
“Aktivitas manusia di luar angkasa semakin padat. Keberlanjutan akses ruang angkasa adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Menutup diskusi, Wachid Ridwan, Sekretaris Program Studi Magister Hubungan Internasional Universitas Paramadina, menyoroti isu tata kelola global ruang angkasa (space governance).
“Kita harus memandang ruang angkasa sebagai warisan bersama umat manusia—the province of all mankind. Diplomasi yang adil dan kolaboratif menjadi keharusan,” tegasnya.
Menurutnya, universitas memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang memahami pentingnya tata kelola ruang angkasa yang etis dan berkeadilan.






