
YOGYAKARTA, KabarKampus – Di balik gemerlap prestasi akademik yang sering menjadi dambaan banyak mahasiswa, tersimpan kisah inspiratif dari Tegar Inang Pratama, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00 selama tujuh semester berturut-turut.
Namun, di balik catatan akademik gemilang itu, Tegar menyimpan perjuangan luar biasa yang penuh ketekunan, kemandirian, dan rasa syukur. Sejak kecil, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya dalam kondisi ekonomi yang terbatas. Meski begitu, keterbatasan tak pernah menjadi alasan untuk menyerah pada keadaan.
Cita-cita Tegar untuk menjadi dokter berawal dari hal sederhana melalui tontonan masa kecilnya. Ia gemar menonton anime bertema medis, yang tanpa disadari menumbuhkan kepedulian sosial di dalam dirinya. “Menonton anime medis, di sana berkembang rasa kepedulian saya untuk bisa berguna, dan bermanfaat untuk banyak orang. Saya suka untuk menolong sesama,” ungkap Tegar seperti dikutip dari Detik.
Semangat itu kemudian ia wujudkan dalam tekad yang kuat untuk menempuh pendidikan kedokteran di universitas ternama. Melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Tegar berhasil diterima di Fakultas Kedokteran UGM dan memperoleh beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
Tegar menyadari sepenuhnya bahwa kesempatan menempuh pendidikan tinggi tidak terlepas dari dukungan negara dan masyarakat. “Saya sadar bahwa dana KIP Kuliah itu berasal dari masyarakat, dan selayaknya manfaatnya juga ke masyarakat,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas.
Beasiswa tersebut menjadi nyawa baginya untuk tetap berkuliah tanpa terbebani biaya besar. Melalui program ini, Tegar bisa memperoleh perlengkapan belajar penting seperti stetoskop, tensimeter, penlight, hingga perangkat digital penunjang kuliah dan praktik medis.
Kuliah kedokteran dikenal memiliki ritme yang padat seperti ujian dua pekan sekali, bahan ajar menumpuk, serta tuntutan akademik yang tinggi. “Ketika lolos KIP Kuliah, ya enggak nyangka juga sih, soalnya siapa yang nyangka kuliah kedokteran gratis, sampai jadi dokter, dan enggak cuma saya, mungkin orang-orang di sekitar saya pun juga kaget,” ujar Tegar.
Manajemen Waktu dan Konsistensi
Untuk itu, Tegar menyiapkan strategi belajar yang disiplin dan terstruktur. Ia juga menyusun jadwal mingguan yang detail agar kegiatan akademik dan aktivitas pribadi tetap seimbang.
“Setiap minggu kita harus tahu mau ngapain aja. Kalau belajar mau di mana, jam berapa, bobotnya berapa, terus sehari kita sanggupnya berapa,” ungkapnya.
Selain manajemen waktu, konsistensi dan lingkungan pertemanan juga menjadi kunci. “Biasanya saya langsung fokus pada jadwal kuliah saya, kemudian setelah itu saya akan menuliskan pada seminggu ke depan, saya ingin melakukan kegiatan apa, dan saya mau belajar di mana,” tambahnya.
Tidak hanya berfokus pada akademik, Tegar juga aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial dan organisasi mahasiswa. Baginya, Pertemanan menentukan prestasi. Pilih circle yang positif yang saling dukung untuk belajar. “setiap ketemu itu yang ngomonginnya ‘udah belajar sampai mana?’ terus yang ‘paham materi apa?’,” kata Tegar seperti dikutip dari Tribun.
Ia terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan relawan kesehatan, baik di dalam maupun di luar kampus. Baginya, menjadi mahasiswa kedokteran bukan hanya soal teori dan praktik, tetapi juga tentang memberi manfaat bagi masyarakat. “Terus belajar dan sadar bahwa semua pembiayaan kalian di kuliah itu dari rakyat, jadi kalian harus belajar dan punya mimpi untuk mengembalikan itu kepada negara,” tuturnya.
Tegar juga berpesan kepada mahasiswa lain agar berani bermimpi besar dan terus berusaha, meski harus kuliah sambil menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Ia percaya bahwa keseimbangan antara kuliah, bekerja paruh waktu, atau mengikuti kegiatan produktif bisa membentuk karakter tangguh.
Semangat kerja keras dan komitmen Tegar menjadi bukti nyata bahwa prestasi gemilang bukan hanya milik mereka yang memiliki privilese. “Jangan takut bermimpi jadi orang sukses, karena selalu ada jalan bagi mereka yang berani bermimpi,” pesannya.
Ia membuktikan bahwa disiplin, manajemen waktu, dan semangat untuk berbagi manfaat adalah kombinasi yang dapat membawa siapa pun menuju kesuksesan. Tegar Inang Pratama bukan hanya mahasiswa berprestasi, tetapi juga simbol keteguhan dan dedikasi generasi muda Indonesia.
Melalui perjuangannya, ia menunjukkan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk menjadi hebat, asalkan disertai kerja keras, doa, dan tekad untuk memberi kembali pada masyarakat.






